"Pernikahan ini bukan atas namaku. Tapi atas nama dosa yang tak pernah kuminta. Aku hanya seorang santriwati yang membangkang, dan dia-Gus Ghazwan, anak kyai paling dihormati... tapi paling posesif." "Kau adalah istriku. Nafasmu milikku. Tubuhmu milikku. Dan kini... bahkan detak jantungmu tak bisa berdetak tanpa izinku." Zahira hanya ingin hidup tenang di pesantren, tapi masa lalu membawanya ke pelaminan dengan pria yang mencintai lewat cara paling gelap: kepemilikan. Ghazwan tak hanya mencintainya. Ia mengikatnya. Dengan ciuman, amarah, dan obsesi. Saat Zahira mulai menyimpan rahasia... tubuhnya tak lagi hanya milik sendiri. Ada nyawa yang tumbuh. Ada cinta yang tumbuh. Tapi juga luka yang menganga. Dalam pernikahan tanpa pilihan, apakah cinta bisa tumbuh dari ciuman yang menyiksa? Atau ini hanya perang yang tak akan pernah berakhir?