louvieta_
- Reads 7,963
- Votes 475
- Parts 8
Sejak kecil, Alessha Élodie Marcelline dan Julianne Armand Devereux tumbuh bersama di sudut kecil kota Bruges, tempat waktu seakan berjalan lebih lambat dan setiap pagi terasa akrab. Dua gadis itu bagai langit dan laut-berbeda tapi selalu saling menemukan cara untuk bertemu di cakrawala yang sama.
Julianne selalu mengikuti ke mana pun Alessha pergi. Mereka berjalan di tepi kanal sambil tertawa, mencuri bunga dari taman belakang biara tua, dan bermimpi tentang dunia yang belum mereka kenal. Namun semua berubah ketika masa sekolah usai. Alessha, dengan keputusan mendadaknya, memilih melanjutkan kuliah ke London.
Kepergian itu meninggalkan ruang kosong di hati Julianne-ruang yang tak bisa diisi oleh siapa pun. Hari-hari di Bruges terasa lebih panjang, malam-malam terasa lebih sunyi. Ia sering duduk di jembatan tempat mereka biasa melempar batu kecil ke air, hanya untuk membayangkan suara tawa Alessha yang dulu selalu menggema di antara dinding-dinding batu kota tua.
Tahun-tahun berlalu, musim silih berganti. Hingga akhirnya, di suatu pagi musim semi, kabar itu datang seperti embusan hangat setelah musim dingin yang panjang-Alessha pulang.
Setelah bertahun-tahun menetap di London, Alessha Élodie Marcelline kembali ke tanah tempat segala kenangan berakar. Tapi Bruges yang ia tinggalkan dulu tak lagi sama. Begitu pun Julianne. Di antara rindu yang belum sempat hilang, terselip perasaan yang diam-diam tumbuh, perlahan tapi pasti-perasaan yang mungkin dulu tak mereka sadari, tapi kini terasa terlalu nyata untuk disangkal.