girliars
- Reads 20,060
- Votes 28
- Parts 1
Bu Andin (32), terperangkap dalam sangkar emas kemewahan dan kesepian, menemukan pelarian dari kehampaan hidupnya yang diabaikan oleh suami workaholic-nya. Selama dua tahun, matanya tanpa sengaja terfokus pada Pak Wijaya (40), sopir pribadinya yang tenang dan pendiam. Bukan pada tatapan matanya, melainkan pada celana kain hitam ketat yang membingkai paha kekarnya, dan lebih lagi, pada tonjolan misterius yang selalu samar terlihat di balik kain.
Rasa sepi yang memuncak, bertepatan dengan kepergian suami ke Singapura, mendorong Bu Andin ke jurang dosa. Sore itu, di tengah hujan deras, ia menemukan Pak Wijaya di garasi, sedang memanaskan mobil. Aroma bensin bercampur dengan aroma tubuh maskulin Pak Wijaya memicu keberaniannya. Ia mengenakan daster satin tipis, mendekat, dan memulai permainan godaan.
Ketegangan mencapai puncaknya saat Bu Andin mengakui kehampaan yang sama yang ia yakini dirasakan Pak Wijaya. Tanpa rasa malu, ia meremas memeknya yang basah dari balik kain satin, mempertahankan kontak mata dengan Pak Wijaya sebagai tantangan. Saat Pak Wijaya-dengan kepolosan yang dibuat-buat-menanyakan apa maksudnya, tangan Bu Andin yang tak terkendali langsung meluncur ke bawah, mencengkeram erat kontol keras yang sudah membesar di balik celana kain.
"Ini! Ini yang saya maksud 'sesuatu'... ini jauh lebih besar, lebih keras, dari yang saya bayangkan!" bisik Bu Andin, napasnya memburu. Ia merayu, menuntut, dan meyakinkan Pak Wijaya bahwa perselingkuhan ini bukan kejahatan, melainkan "sebuah pembebasan... sebuah penyelamatan dari kehampaan!" Ia menggiring Pak Wijaya ke dalam pusaran gairah, menggunakan kesepian mereka berdua sebagai pembenaran, menjanjikan kehidupan yang tidak mampu diberikan oleh suaminya yang sibuk.
Saat resleting celana ditarik Bu Andin, rahasia Pak Wijaya terbongkar: Di balik celana dalam abu-abu tipis, menjulang 'monster' raksasa yang kokoh, dikelilingi bulu jembut hitam lebat seperti hutan tak tersentuh.