Jutawan Mirza Pradipa Aryasatya ditemukan tewas mengenaskan. Darahnya mengering di lantai lift, sementara teka-teki tentang siapa yang membunuhnya mulai mencuat ke permukaan. Fabian Samudera Aryasatya, adik kandung sang korban, menjadi sosok yang paling dicurigai. Kendati polisi belum menetapkannya sebagai tersangka, keluarga Aryasatya sudah bergerak lebih dulu-mereka menyewa Andra Abrisam, pengacara ternama dengan rekam jejak tak tertandingi, untuk membelanya. Namun, ada seseorang yang menolak percaya pada ketidakbersalahan Fabian. Aldara Arundati Kyra-kekasih Mirza, wanita yang paling mengenalnya, bersikeras bahwa Fabianlah pembunuhnya. Meski pemuda itu memiliki alibi yang tak terbantahkan, ada sesuatu dalam dirinya yang terasa salah. Terlalu tenang. Terlalu terkalkulasi. Seolah-olah ini bukan pertama kalinya ia menyaksikan kematian. Aldara bertekad membuktikan kebenaran dengan cara apa pun, bahkan jika itu berarti menghancurkan karier Andra Abrisam. Namun semakin dalam mereka menyelidiki, semakin banyak sisi gelap Fabian yang terungkap. Ia bukan sekadar pemuda cerdas dan penuh kharisma-ia memiliki obsesi aneh terhadap adegan pembunuhan dalam film. Setiap detail, setiap sudut pencahayaan, setiap tetes darah-semuanya dipelajari dengan ketertarikan yang tak wajar. Bagi Andra, kejanggalan ini terlalu sulit diabaikan. Bersama Aldara, ia berpacu dengan waktu, menyusun potongan-potongan teka-teki yang semakin berantakan. Apakah Fabian benar-benar seorang pembunuh, atau hanya seorang pria dengan bayangan kelam yang tak dipahami orang lain? Dan jika benar Fabian telah menyusun adegan pembunuhan ini dengan sempurna... siapa yang akan menjadi bintang berikutnya dalam skenario gilanya?