Butter
2 stories
Cara Terbaik Untuk Putus  by Butter_flyzxa
Butter_flyzxa
  • WpView
    Reads 2,130
  • WpVote
    Votes 237
  • WpPart
    Parts 6
Judul: Cara Terbaik untuk Putus Pastikan vote sebelum membaca dan tambahkan ke dalam rak buku kalian,agar tidak ketinggalan cerita nya, Awalnya, Nina mengira Reagan hanya sekadar posesif,suka mengecek ponselnya, mengatur cara berpakaian, dan mudah cemburu. Meskipun melelahkan, ia selalu berpikir bahwa selama masih ada rasa sayang, hubungan mereka bisa diperbaiki. Namun, suatu malam, Nina menemukan rahasia terbesar Reagan. Sebuah fakta yang tidak hanya membuatnya takut, tetapi juga menyadarkan bahwa ia harus segera keluar dari hubungan ini, sebelum semuanya terlambat. Tetapi, melepaskan diri dari seseorang seperti Reagan tidak semudah itu. Semakin ia berusaha pergi, semakin kuat cengkeraman Reagan terhadapnya. Sekarang, Nina hanya punya satu pilihan,menemukan cara terbaik untuk putus,tanpa membahayakan dirinya sendiri. Dan saat itulah Nina sadar-keluar dari hubungan ini tidak akan mudah. Tapi ia harus menemukan cara, sebelum semuanya terlambat. Jangan lupa follow dan vote sebelum membaca,makasih:⁠-⁠)
Gabriela by Butter_flyzxa
Butter_flyzxa
  • WpView
    Reads 44
  • WpVote
    Votes 22
  • WpPart
    Parts 1
Sera hidup dalam penderitaan-dicaci, dihina, dan disiksa tanpa belas kasihan. Saat kematian akhirnya menjemputnya, ia mengira penderitaannya telah berakhir. Namun, ketika matanya kembali terbuka, ia menemukan dirinya berada dalam tubuh Gabriela Evelyn, seorang gadis kaya raya yang terkenal sebagai pengganggu dan perusak hubungan. Dalam cerita aslinya, Gabriela adalah wanita gila yang terobsesi dengan tunangannya, Leonard Alistair-pria dingin dan berbahaya yang selalu memandangnya dengan jijik. Dan pada akhirnya, Gabriela menemui ajalnya dengan cara yang mengenaskan di tangannya sendiri. Sera tahu nasib Gabriela sudah ditulis, tapi ia tidak ingin mati untuk kedua kalinya. Dia harus mengubah jalan ceritanya. Namun, saat ia mulai menjauh dari Leonard, pria itu malah semakin mendekat. Tatapan bencinya kini berubah menjadi obsesi yang menakutkan. "Kau tidak seperti biasanya," suara Leonard terdengar rendah, nyaris seperti bisikan. "Apa yang kau rencanakan, hm?" Gabriela menatapnya tajam. "Aku tidak berencana apa pun. Aku hanya ingin menjauhimu." Dia tersenyum miring, jemarinya terangkat untuk menyentuh dagunya, membuatnya merinding. "Menjauh? Setelah selama ini kau mengemis perhatianku?" Gabriela menepis tangannya. "Aku tidak akan mengemis lagi." Saat Gabriela berpikir dia bisa bebas, kenyataan justru lebih kejam. Leonard tidak membiarkannya pergi.