(18+) Raine selalu percaya bahwa dunia tidak pernah benar-benar berpihak padanya. Sejak kecil, ia dipaksa memahami bahwa rumah bukan selalu tempat yang aman, bahwa cinta bisa menjadi belati, dan bahwa kehangatan sering kali hanya ilusi. Ia tumbuh dengan luka yang diam-diam menggerogoti, menyimpan trauma yang tak bisa dihapus waktu. Saat ia bertemu Satya, ia berpikir mungkin kali ini berbeda. Mungkin cinta bisa menjadi jawaban, bukan sekadar alasan untuk kembali hancur. Tapi semakin dalam ia terjatuh, semakin ia sadar beberapa perasaan memang ditakdirkan untuk menyakiti, dan beberapa orang hanya singgah untuk meninggalkan bekas yang tak akan pernah benar-benar hilang.

Aku ada, tapi tak benar-benar hidup. Aku bernapas, tapi hanya untuk merasakan sakit. Hidup menghancurkanku perlahan, membiarkanku remuk tanpa pernah benar-benar hilang.

Sebuah perjalanan di meja taruhan semesta-di mana harapan dipertaruhkan, cinta menjadi ilusi, dan kehilangan adalah harga yang harus dibayar. Dalam kisah ini, takdir bukan sekadar garis lurus, melainkan permainan yang kejam, penuh tipu daya, dan tanpa jaminan kemenangan.

Suara Hujan Hujan turun tanpa henti di dalam kepalaku. Bukan air, tapi suara-suara yang berbisik, menggema, menolak diam. Aku mencoba melarikan diri, tapi mereka selalu menemukan jalannya kembali. Kenangan. Luka. Bayangan. Bisakah aku keluar dari hujan ini, atau aku memang ditakdirkan untuk basah selamanya?

Beberapa kepergian tidak benar-benar berujung pada kehilangan. Ada yang tetap tinggal dalam cara yang tak terlihat-di sela-sela kebiasaan, di sunyi yang tak terjamah, dalam denting waktu yang terus berjalan tanpa mereka. Seperti bulan yang tak pernah menyentuh laut, tapi selalu menariknya mendekat, beberapa orang akan hidup selamanya dalam diri kita. Inspired by You're Gonna Live Forever in Me by John Mayer.