sofia_myra
- Reads 2,005
- Votes 360
- Parts 6
Raka Mahesa dan Kinanti Rahayu adalah dua aktor yang masih berjuang, berpindah dari satu audisi ke audisi lainnya. Hari demi hari mereka terus melangkah. Kalaupun diterima, hampir selalu untuk peran-peran kecil. Figuran di tengah keramaian. Wajah yang muncul hanya beberapa detik, lalu dilupakan. Penolakan menumpuk. Rasa lelah menetap perlahan. Sedikit demi sedikit, mimpi yang dulu mereka genggam erat mulai terasa berat.
Raka mulai mempertanyakan bakatnya. Kinanti mulai mempertanyakan nilai dirinya. Lebih dari sekali, keduanya sempat berpikir untuk menyerah.
Pertemuan itu terjadi tanpa rencana. Dua jiwa yang lelah duduk di ruang tunggu yang sama, berpura-pura baik-baik saja sambil menyembunyikan gugup masing-masing. Percakapan kecil berubah menjadi tawa bersama. Kekecewaan yang sama berubah menjadi pengertian yang sunyi. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka tidak merasa sendirian dalam perjuangan ini.
Mereka mulai saling membantu. Berlatih dialog di kafe-kafe kecil. Memberi dukungan diam-diam dari belakang ruang audisi. Saling mengingatkan alasan mereka memulai saat rasa takut datang. Ketika satu terjatuh, yang lain menariknya kembali berdiri. Nama mereka mulai diperhatikan, pelan-pelan, selangkah demi selangkah.
Lalu datanglah terobosan itu.
Namun, kesuksesan tidak pernah berjalan lurus.
Saat karier terus menanjak, pilihan-pilihan baru bermunculan. Proyek yang lebih besar. Jadwal yang semakin padat. Tuntutan yang semakin keras. Industri menuntut komitmen, dan tidak semua hal bisa dibawa bersama. Untuk mencapai titik paling terang dari mimpi mereka, mereka dipaksa mengorbankan sesuatu yang dibangun diam-diam.
Cinta mereka.
Bukan karena mereka berhenti saling mencintai. Tetapi karena terkadang, pilihan paling sulit adalah memilih antara masa depan yang diperjuangkan dengan susah payah dan orang yang membantu kita bertahan di masa-masa paling berat di masa lalu.