Dimasdarmawann
Dimas adalah anak terakhir dari enam bersaudara. Hidupnya berubah drastis sejak kedua orang tuanya berpisah di usianya yang masih belia. Dititipkan di pondok pesantren dengan janji ibu yang tak kunjung ditepati, Dimas tumbuh dalam keterpaksaan, kemarahan, dan rasa kehilangan. Dari satu rumah ke rumah lain, dari mulut yang menyakitkan hingga rasa lapar yang tak kunjung reda, ia belajar bertahan. Namun di balik luka-luka itu, Dimas menyimpan satu janji: suatu hari, bahunya akan setara dengan mereka yang menyakitinya-dan saat itu tiba, ia akan berdiri, bukan untuk membalas, tapi untuk membuktikan bahwa luka tak harus berakhir dengan kehancuran