l3l14n4
- Reads 1,065
- Votes 10
- Parts 79
Algojo - kedengarannya memang pekerjaan yang menakutkan, tapi sebenarnya, itu juga cuma demi sesuap nasi.
Putri sulung keluarga Wen, Wen Dingyi, kehilangan segalanya saat masih kecil. Ayahnya melakukan kesalahan, dan dalam semalam, seluruh kemegahan hancur lebur. Kehidupan mewah penuh kain sutra dan hidangan lezat lenyap seolah mimpi. Seluruh keluarga-ada yang mati, ada yang diasingkan. Hanya dia seorang yang selamat, diselamatkan oleh pengasuhnya.
Demi bertahan hidup, Dingyi menyamar menjadi laki-laki dan berguru sebagai murid pada algojo paling terkenal di Prefektur Shuntian, Wu Chang Geng. Tahun berganti, musim berlalu. Ia tumbuh hingga usia tujuh belas.
Pada suatu hari, tanpa melihat kalender nasib terlebih dahulu, ia keluar rumah dan-tanpa sengaja-menyinggung Pangeran Ketujuh. Lawannya adalah darah biru keturunan kekaisaran, memandang dirinya tak ubahnya seekor semut. Ketika Dingyi hampir saja diseret dan dipotong seperti buah semangka, hidupnya menggantung di ujung maut, muncullah seorang pria, melangkah tenang, dan hanya dengan beberapa kalimat ringan, menyelamatkan hidupnya.
Dia mengenakan jubah resmi berwarna batu biru berhias bordir naga bundar. Wajahnya tampak tenang dan elegan, garis wajahnya setajam batu giok. Keanggunan dan wibawa yang terpancar saat ia memandang semua orang dari atas, membuat Dingyi takkan pernah melupakannya seumur hidup.
Bertahun-tahun kemudian, suatu kali Dingyi pernah bertanya padanya-apa kesan pertamanya terhadap dirinya.
Dia mengangkat sebelah alis dan berkata:
"Kecil, agak kemayu, berdiri di bawah terik matahari dengan kepala miring dan mata menyipit, seperti orang tolol."
Dingyi: "......"