[SEKUEL PHOEBUS] ❝Kesempatan untuk bahagia selalu terbuka, itu artinya, kesempatan buat terluka juga akan terus ada.❞ Dari kehampaan langit yang sunyi, mereka lahir sebagai bintang yang terluka-dan kisah ini adalah debu yang mereka tinggalkan setelah jatuh. Segalanya bermula dari serpih cahaya-kata-kata yang tak terlihat, tetapi abadi dalam denyut semesta. Ketika pembalasan dendam di atas dendam tidak pernah berakhir, kisah pun tak pernah benar-benar selesai. Memaku takdir di atas retaknya pertahanan yang siap pecah, rasa sakit terus berdatangan dan melumpuhkan asanya. Membuat Sagara Wirantara kembali mengeruk seluruh luka dari masa lalunya-membuatnya berendam di dalam air matanya sendiri dan kembali terbakar dalam dinginnya permainan api yang melesapkan segala sisi rapuhnya yang kian melapuk. Lara menginvasi sudut suram yang tak pernah Sagara bayangkan akan terjadi, terlebih tatkala ia menginsafi bahwa Kafka Pradipta menjadi salah satu pionir di mana tragedi masa lalu kembali menghantamnya bak gelombang badai yang sangat mematikan. Kali ini, luka yang pernah sembuh pun kembali terkoyak-lebih dalam, lebih membekas, lebih menghancurkan. [] 04 januari | algeevaran. sampul dari 1915pm. ©2025 [COMING SOON]

[Tersedia dalam Book Version: Euzarre: Euphoria & Bizarre] Katanya manusia itu diciptakan bersamaan dengan keberuntungan yang menyelimuti di tiap embusan napas yang terbuang ke udara. Namun, Arsen Schmidt tidak merasa demikian. Kendati dihujani dengan kemujuran, Arsen justru dilempari malapetaka hampir di setiap langkah yang ia pijak. Bagian paling sialnya adalah ketika Arsen dipertemukan dengan sepasang manusia super aneh. "Ingin dapat satu stoples penuh keajaiban?" 12 februari | algeevaran. ©2019

[TAMAT | SUDAH DIBUKUKAN DIUBAH MENJADI ORIGINAL FICTION] Phoebus: The Phoetic Eclipse A sun that loved Sagara Wirantara tak pernah merasa senang apabila selalu disamakan oleh benda raksasa penyokong semesta yang tak pernah lelah mengantarkan sengat panas dan sinar terang ketika siang. Anak lelaki bermata hangat itu juga tak terlalu suka kalau-kalau orang di sekitarnya mulai merecoki dia dengan julukan yang berotasi pada matahari. Tidak sekalipun Sagara merasa tersanjung akan hal itu, sebab Sagara bukanlah matahari, kendati dia pun tak mampu mengelak pada fakta bahwa mentari mencerminkan siapa sesungguhnya sosok Sagara Wirantara ini. Puluhan topeng ia kenakan, ratusan senyum palsu kerap ia lemparkan, dan ribuan debit luka ia pendam sendirian. Sagara Wirantara tetaplah pemuda yang gemar menutup diri dan menghadapi semuanya tanpa melibatkan siapa pun. Sebab sang baskara pun berjuang sendiri di tengah api yang membakarnya tanpa menyeret subjek lain untuk ikut lebur bersamanya. 26 januari | algeevaran. Sampul oleh Adoraablehouse ©2019.