Aku bertemu dia di semester dua. Bukan karena takdir yang megah, tapi karena kami memilih jadwal kuliah yang sama. Dia bukan laki-laki yang keras kepala atau suka cari perhatian. Dia pintar, ramah, sopan, dan... nggak merokok-hal kecil yang justru membuatku jatuh perlahan. Tapi sayangnya, aku datang bukan di waktu yang tepat. Saat perasaan mulai tumbuh, dia sudah punya yang lain. Dan saat aku akhirnya berani mengakui hatiku sendiri, dia malah semakin jauh. Ini bukan cerita cinta yang indah. Ini cerita tentang menyukai seseorang dalam diam, lalu melepaskannya... tanpa pernah benar-benar memilikinya. Namaku Lila. Dan ini kisah tentang dia-yang kutunggu, tapi bukan untukku.