JossGawin
24 stories
Up To My Domn Joss [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 25,406
  • WpVote
    Votes 1,594
  • WpPart
    Parts 31
[COMPLETED] "Ingat pertama kali kau cemburu padaku?" tanya Joss, senyum geli bermain di bibirnya. Gawin mengerang pelan, menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada Joss. "Jangan ingatkan aku. Aku benar-benar konyol waktu itu." "Tidak," balas Joss, membelai rambutnya. "Kau menggemaskan. Saat itulah aku tahu aku sudah benar-benar jatuh." Mereka mengenang kembali perjalanan mereka-pertengkaran konyol, momen-momen kerentanan, pertempuran yang telah mereka menangkan bersama. Setiap kenangan, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, kini terasa seperti bagian dari sebuah mosaik yang indah. Mosaik dari kisah cinta mereka.
Help Me in Nine Days [JossGawin] [Lokal] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 3,660
  • WpVote
    Votes 304
  • WpPart
    Parts 25
[COMPLETED] "Makasih buat malem ini," kata Gilang. "Harusnya gue yang bilang gitu," balas Januar. "Makasih, Lang. Buat semuanya." Matanya menyorotkan sebuah rasa terima kasih yang begitu dalam. "Hati-hati di jalan pulang," kata Gilang. "Lo juga." Januar tidak langsung pergi. Ia hanya berdiri di sana sejenak. Kemudian, ia melangkah maju dan dengan gerakan yang sedikit ragu, ia menepuk bahu Gilang dengan lembut. Sebuah sentuhan persahabatan, sebuah janji, sebuah permulaan. "Besok... kabarin aja kalau udah sampe kosan," katanya, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan pergi.
Khun Wayar [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 8,783
  • WpVote
    Votes 660
  • WpPart
    Parts 15
[COMPLETED ON KARYA KARSA] "Jangan pergi." Bukan sebuah perintah. Itu adalah sebuah permohonan. Permohonan itu menembus langsung ke hati Gawin. Pria yang begitu kuat ini, pria yang bisa membeli dan menjual dunia, sedang memohon padanya untuk tidak pergi. Gawin membalikkan badannya perlahan dalam pelukan Joss. Ia menatap wajah pria itu dalam kegelapan. Ia mengangkat tangannya dan menyeka keringat di dahi Joss. "Aku tidak akan ke mana-mana," bisik Gawin. Ia memeluk Joss kembali. Ia menjadi bantal bagi kepala pria itu, menjadi selimut bagi jiwanya yang gelisah. Joss menghela napas panjang dan memejamkan matanya, akhirnya menyerah pada kelelahan.
I Have Love For U [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 25,617
  • WpVote
    Votes 1,559
  • WpPart
    Parts 27
[COMPLETED] "Woi, ngelamun aja lo. Liatin Pangeran Es lo lagi, ya?" ledek Nani, seringainya lebar. Gawin langsung salah tingkah. Ia buru-buru meraih sendok dan pura-pura sibuk mengaduk es tehnya yang sebenarnya sudah larut sempurna. "Apaan sih lo? Gue lagi mikirin tugas, tau." "Halah, bohong," timpal Win, akhirnya meletakkan ponselnya. "Dari tadi mata lo nggak lepas dari sana. Udah, samperin gih." "Gila lo? Mau mati gue?" balas Gawin cepat, suaranya sedikit panik. Seolah mendengar nama-Nya disebut, Joss tiba-tiba mengangkat kepalanya. Pandangan mereka bertemu hanya dalam sepersekian detik. Waktu terasa berhenti. Jantung Gawin serasa melompat ke tenggorokannya. Namun, tidak ada reaksi berarti dari Joss. Ia hanya menaikkan satu alisnya sekilas, terlihat sedikit bingung, lalu kembali fokus pada bukunya seolah tidak ada yang terjadi. Gawin buru-buru menunduk, wajahnya terasa panas.
More Than Stars [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 7,405
  • WpVote
    Votes 567
  • WpPart
    Parts 20
[COMPLETED] Gawin mejamin matanya erat-erat, berharap bisa cepat tidur dan melupakan sejenak bebannya. Tapi dia tahu, malam ini pun, Joss pasti bakal dateng lagi di mimpinya. Dan sejujurnya, dia sama sekali nggak keberatan. Karena cuma di dalam mimpi, dia bisa bebas ngakuin semua perasaannya tanpa perlu takut kehilangan apapun. Cuma di sana, dia bisa bilang, "Joss, gue cinta sama lo." Sebuah janji sunyi yang hanya didengar oleh malam.
F*ck Nice To Baby [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 5,006
  • WpVote
    Votes 204
  • WpPart
    Parts 11
[COMPLETED ON KARYA KARSA] "Malam masih panjang, Sayang," menggantung di udara yang terasa berat dan penuh antisipasi, menjadi mantra yang menyegel janji malam itu. Bibirnya kemudian kembali mendarat di atas bibir Gawin, namun kali ini berbeda. Ciuman yang tadi penuh dengan nafsu yang meledak-ledak kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih lambat, dan penuh perasaan. Itu bukan lagi sebuah penaklukan, melainkan sebuah ibadah. Joss seolah ingin memetakan setiap lekuk bibir Gawin, merasakan setiap respons halusnya, dan menyampaikan semua emosi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata melalui pagutan itu. Gawin meleleh di bawahnya. Beban tubuh Joss yang menopang diri di atasnya terasa seperti sebuah jangkar yang menenangkannya, bukan beban yang menindih. Kelembutan ciuman itu memberinya ruang untuk bernapas, untuk merasakan, dan untuk membalas dengan cara yang sama intimnya. Tangannya yang semula melingkar erat di leher Joss kini bergerak lebih bebas. Satu tangan menyusuri garis rahang Joss yang tegas, merasakan sisa-sisa cukuran yang sedikit kasar, sementara tangan lainnya kembali meremas lembut rambut di tengkuknya, menariknya lebih dekat seolah takut momen ini akan hilang.
Alienation Amidst Luxury [JossGawin] [Mpreg] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 6,424
  • WpVote
    Votes 469
  • WpPart
    Parts 11
[COMPLETED ON KARYA KARSA] "Kau milikku..." gumam Joss, suaranya penuh dengan kepuasan yang egois saat ia mencapai puncaknya. Tubuh Gawin menerima penyatuan paksa itu dalam keheningan. Ia adalah tanah tak bertuan yang ditaklukkan, sebuah wilayah yang ditandai oleh sang pemenang. Kemudian, beban itu terangkat darinya. Kehangatan tubuh Joss menjauh. Keheningan kembali menyelimuti ruangan, hanya dipecah oleh suara napas pria itu yang perlahan kembali normal dan irama hujan di luar. Kembalinya kesadaran ke dalam tubuhnya terasa seperti sebuah benturan yang menyakitkan. Burung itu lenyap, dan ia kembali terhempas ke dalam seprai sutra yang dingin. Ia bisa merasakan lengket yang tidak nyaman di kulitnya dan rasa sakit yang berdenyut di bagian dalam tubuhnya. Ia tetap memejamkan matanya rapat-rapat, berpura-pura tertidur, karena menghadapi kenyataan setelahnya terasa jauh lebih mengerikan daripada saat kejadian itu sendiri.
When That Gaze Stole My Breath [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 6,395
  • WpVote
    Votes 555
  • WpPart
    Parts 24
[COMPLETED] Namaku Gawin. Aku tidak punya pekerjaan, tidak punya tujuan, hanya punya kata-kata sebagai satu-satunya teman. Dunianya adalah Joss Wayar, seorang aktor papan atas yang hidupnya tampak sempurna di bawah kilatan cahaya. Bagiku, Joss bukanlah sekadar idola; ia adalah sebuah narasi yang menunggu untuk ditulis, sebuah mahakarya yang ingin kupahami. Aku jatuh cinta pada sebuah citra, sebuah cerita di layar kaca, tanpa pernah menyangka takdir punya cara yang jauh lebih kejam untuk mempertemukan kami dalam kehidupan nyata.
Resonance [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 5,569
  • WpVote
    Votes 393
  • WpPart
    Parts 35
[COMPLETED] Raungan di dalam kepala Joss telah lama hilang. Bukan karena ditekan, tetapi karena ia telah menemukan jangkarnya. Ia tidak lagi membutuhkan keheningan; ia hanya butuh kehadiran pria di sisinya. Gawin berdiri tegak, tidak lagi bersembunyi. Kekuatannya bukan lagi sebuah kutukan, melainkan sebuah anugerah yang ia gunakan untuk membantu menyembuhkan para korban Proyek Simfoni. Ia tidak lagi seorang arsitek bangunan, tetapi seorang arsitek dari masa depan yang baru. Joss meraih tangan Gawin, jari-jari mereka bertautan. Ikatan di antara mereka tidak lagi terasa seperti sebuah belenggu yang dipaksakan. Itu adalah sebuah pilihan, sebuah janji sunyi. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Joss pelan. Gawin tersenyum, menatap cakrawala yang tak berujung. "Aku sedang memikirkan tentang semua bangunan yang akan kita lihat," jawabnya. "Dan semua matahari terbit yang akan kita saksikan."
Paragraf Terakhir di Kota Atlas [JossGawin] by LoVeLG23
LoVeLG23
  • WpView
    Reads 1,734
  • WpVote
    Votes 134
  • WpPart
    Parts 40
[COMPLETED} "Di atas kertas, kita menang telak, Ral." "Tapi?" tanya Gerald, tahu ada kelanjutan dari kalimat itu. Jeremy kembali menatap cakrawala. "Tapi Baskara sedang menikmati udara bersih Alpen dari apartemennya yang mewah di Zurich. Ayahku dan aku mungkin tidak akan pernah berbicara lagi seumur hidup kami. Aku tidak akan pernah menjadi pengacara. Dan Angga," suaranya sedikit bergetar, "Angga tetap mati. Dia tidak akan pernah bisa melihat semua ini." Kebenaran yang pahit itu menggantung di antara mereka. Kemenangan mereka adalah sebuah kemenangan yang penuh dengan lubang, sebuah kain indah yang ditenun dari benang-benang kesedihan.