nauwriting
- Reads 2,953
- Votes 390
- Parts 5
Dulu, rumah itu penuh dengan warna. Tapi segalanya memudar ketika ia kehilangan seseorang yang menjadi pusat hidupnya. Sejak saat itu, waktu seolah berhenti. Tirai tak lagi dibuka, cat di dinding dibiarkan pudar, dan udara pun dipenuhi sepi. Rumahnya tak gelap, hanya tak lagi punya warna. Segalanya berubah menjadi abu. Abu kenangan, abu duka, abu yang diam-diam menelan hari-harinya.
Namun suatu hari, dua langkah kecil menapaki serambinya. Dengan tawa polos dan mata yang jernih, mereka mengetuk pintu rumahnya yang sunyi, lalu perlahan membawa masuk cahaya yang telah lama padam. Satu per satu, warna mulai kembali. Mereka mewarnai dengan merah keberanian, kuning harapan, biru ketenangan. Dan rumah yang dulu hanya mengenal abu, kini belajar lagi mengenal pelangi.