"Jika sebuah kelahiran merupakan anugerah dari yang Maha Kuasa. Lantas mengapa kehadiranku dianggap membawa malapetaka? Jika seorang bayi lahir tanpa dosa, mengapa kelahiranku dianggap sebagai sebuah kutukan?" -Anjani Sekar Pancalita Anjani Sekar Pancalita, seorang gadis yang lahir saat terjadinya tragedi di Desa Bawana. Malam di mana ramalan akan kehancuran tiba, ketika makhluk astral juga makhluk hitam penghuni asli sebuah negeri berjuluk Negeri Manunggal berada, menyerang manusia secara membabi buta. Bayi yang lahir di tengah hutan belantara harus kehilangan sang ibu sesaat setelah melahirkannya. Akibat pertempuran dengan Nyi Kembang sang pengikut malkika hitam. Terlahir dari rahim seorang dewi dari desa yang tak kasat mata. Sebagai pewaris permata ungu ke-tujuh yang konon mampu menjadikan seseorang berumur panjang dan menambah kekuatan dahsyat. Menjadi incaran banyak pendekar di dunia manusia, termasuk seseorang yang mengaku sebagai ayahnya padahal itu hanya kebohongan semata. Manusia yang berambisi menjadi manusia abadi dan berkuasa. Akankah Anjani mampu menjalani takdirnya? Bagaimana gadis bercadar itu mampu mengalahkan trauma dianggap sebagai anak pembawa malapetaka? Akankah dia bertemu dengan ayah kandungnya?

Perjalanan untuk menemukan para pewaris pedang keramat Negeri Manunggal. Akan ada seorang pemuda cerdik yang pandai menyelinap di antara kerumunan orang. Ini adalah kisahnya; perjalanan panjang yang akan membawa dirinya pada kebijaksanaan, mara bahaya, teknik baru, serta mengungkapkan banyak hal. Siapapun yang pernah melewati badai, kemudian belajar menghadapinya dengan tenang, maka ia bisa mengendalikan diri. Inilah kebenaran sejati dari para pendekar di Negeri Manunggal. Namanya Adnan Katingga, dan dia seorang pendekar pedang.

"Kakak!" pekiknya. Gadis itu tak dapat berbuat banyak selain berlari dan berteriak. Kakinya berusaha berlari selincah mungkin meski air mata memburamkan pandangannya. Ia melompat masuk ke gedung tua. BRUAAKK! Makhluk itu menghancurkan atap yang berada tak jauh dari tempat si gadis bersembunyi. Langkah demi langkah yang dibuatnya menggetarkan bangunan usang di kota tertinggal. Sayap besar nan kuat menghancurkan apa pun dengan senggolan. Mata merah menyala si makhluk beredar tak terganggu akan matahari yang berpendar. Makhluk itu hitam legam hingga nyaris menyatu sempurna dengan kegelapan. Bahkan cakar-cakarnya tak kalah tajam dari belati. Langkah kaki diikuti suara menyeret dari benda yang terdengar tajam membuat tubuh gadis itu gemetar hebat. Isakannya pun seakan tak mampu untuk diredam dengan dekapan kedua telapak tangan. Tubuh kecilnya meringkuk ketakukan di balik tembok yang keropos. "Ya Allah, hamba masih pengen ketemu kakak. Tolong kami," batin sang gadis.

Seharusnya, malam itu Yanuar mengikuti kata Naya untuk tidak pergi dari sanggar. Ia masih sangat begitu pengecut untuk menghadapi dunia luar yang sangat menyeramkan. Tapi, jika ia tidak pergi, ia tidak akan tau apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu. Bahkan mungkin tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Negeri Manunggal yang sejahtera ini. "Aku dilahirkan bukan untuk menjadi lemah karena mengikuti alur dunia. Manusia diciptakan begitu sempurna kan?"

Ini salah satu tokoh di Kisah Negeri Manunggal dan Kolaborasi ini menceritakan salah satu dengan fokus pada satu tokoh bernama Dewi Ratih yang berkebaya hijau, seseorang yang dikenal akan polos dan konyolnya. Pada setiap kehidupan Wanita umur 20 tahun ini adalah salah satu dibalik masalah yang sebenarnya, di mana ia memiliki tanggungjawab mengimplementasikan hasil bumi yang bisa bermanfaat untuk sesama orang.

Kelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama

Berlatar di benua antah-berantah bernama Manunggal; Ni'mal, pemuda culun dan lugu ini harus mengikuti sebuah sayembara demi menemukan satu-satunya keluarga yang ia punya, sang kakek. Dalam perjalanan, ia menemukan berbagai rahasia yang disembunyikan oleh para petinggi negeri, rahasia mengenai para Makhluk Hitam, serta rahasia mengenai kekuatan dahsyat nan misterius dari jati dirinya yang hilang. Selain terlibat asmara dengan tiga gadis pilihan takdir, Ni'mal diburu oleh para Pandawa Merah guna mempercepat munculnya Purnama Merah. Sebuah bencana besar bagi Negeri Manunggal. Berhasilkah ia menemukan sang kakek? Akankah ia memenuhi takdir guna memimpin para Bocah Takdir dan mencegah hancurnya Manunggal? Ataukah justru dia yang membawa kehancuran itu sendiri! Semua ilustrasi tempat dan berbagai spesies fantasi dalam cerita bisa ditilik di ig: @kevin.prasetiyo [Art : All Artist JM Studio] - Ratalie - Maru - Amanda - Dapa - Titin - Sanjaya - Tiani - Ragil Trailer video casts & Team [VOICE ACTOR] Ni'mal: Bagas Srikandi : Tiara Puspa : Chicha Septiani Rahaf : Ratalie Agni : Maru Raden Irawan : Afilla Dwi Saputra Athar : Firman Fardiansyah Santo : Shafnat Baron: Almahdi Gus Armi : Arie [Audio] Donkgedank - Waditra Earthy Crust - Jingle Punks Sad Instrument Documentary by Infraction Extinction Level Event - Jingle Punks