Nafenza Alvaren Leander lahir di dunia yang terasa salah sejak awal. Ia tumbuh di antara tatapan yang dingin, kata-kata yang tak pernah ramah, dan rumah yang lebih mirip penjara daripada tempat pulang. Fenza belajar tersenyum di tengah kehancuran, menertawakan hidup yang tak memberinya alasan untuk bertahan. Hingga seseorang datang - membawa hangat yang hampir ia lupakan, dan memperlihatkan bahwa bahkan luka pun bisa membuat seseorang hidup. Namun kebahagiaan yang datang terlalu cepat, pergi lebih cepat lagi. Satu per satu orang yang ia sayangi hilang, meninggalkan jejak yang tidak bisa ia hapus meski dengan air mata. Dan di antara kehilangan, Fenza akhirnya sadar: kadang, yang paling menakutkan bukan kegelapan... tapi ketika kita mulai terbiasa tinggal di dalamnya.