[END] Perang dunia kedua telah padam, tapi mereka baru akan memulai perang mereka sendiri. Dalimah bukan lagi sang kembang desa. Ia adalah kenanga busuk di atas tanah kubur yang menyembunyikan jiwa mati di dalamnya. Kehormatannya telah terenggut paksa, hilang bersama semua mimpi dan harga dirinya. Kuncoro tetap setia dengan cintanya untuk Dalimah. Entah saat Dalimah masih menjadi perawan naif yang punya mimpi besar menjadi penyanyi keroncong di kota, atau kini, perempuan kotor bekas tentara Jepang. Saat ia ingin mengakhiri penantiannya, halangan itu justru datang dari segala penjuru. Mampukah cinta Kuncoro menembus parut tak berwujud yang membuat jiwa Dalimah sekarat? Atau luka masa lalu selamanya akan memisahkan dua hati yang saling bertaut?

"Peraturannya sederhana, kita cuma kudu bersikap kayak pasangan selama 2 bulan seperti yang ada di perjanjian. Setelah itu, kita selesai." *** Selama dua puluh enam tahun hidupnya, Giesha tak pernah merasa begitu tertekan sebelum undangan pernikahan sang adik tiba di tangannya. Bunda turut mencecar beragam pertanyaan 'kapan menikah?' 'kapan bawa pacarmu ke rumah?' 'Bunda takut kamu jadi perawan tua' yang juga membuat Giesha meradang. Suatu hari temannya mengatakan bahwa ada sebuah tempat yang menyediakan jasa kencan buta tengah malam di distrik Eden yang segera memenuhi pikiran Giesha, lantas saja ia setuju alih-alih terus disemprot mencari seorang pacar oleh keluarganya. Giesha kira semuanya akan membaik, akan tetapi ia salah besar tatkala tahu ia dipasangkan dengan Jiro Pratama, seorang guru Anak Berkebutuhan Khusus yang tidak sengaja menumpahkan kopi di laptopnya tempo hari lalu. Ditambah, Jiro bersikap begitu sempurna di depan keluarganya sehingga dengan cepat pria itu disukai oleh kedua orang tuanya. Baik, tidak apa-apa, Giesha hanya harus bertahan 2 bulan sebelum perjanjian tertulis itu selesai. Setelah itu, semuanya akan selesai, atau juga ... tidak?