Mahardika
4 stories
Jangkar Di Kaki Gunung by wyhartono
wyhartono
  • WpView
    Reads 104
  • WpVote
    Votes 19
  • WpPart
    Parts 13
Waktu tidak punya jam. Kita yang mengira jam itu waktu. Hari adalah kostum, tahun adalah kamuflase. Ia tidak menjelaskan. Tidak peduli apakah kau sedang mencinta atau menggugat, berharap atau meratap. Ia kunyah segalanya hingga sunyi, lalu menyimpannya di kantong masa lalu yang tak bisa ditutup, tapi selalu tertutup.
Anjali : Di Ambang Sinar by wyhartono
wyhartono
  • WpView
    Reads 68
  • WpVote
    Votes 30
  • WpPart
    Parts 15
Aku bukan anak pilihan. Aku tumbuh dari yang direnggut-dibeli seperti ayam pasar, dijadikan barang yang tak punya nama. Tapi ada satu tangan, tua dan retak seperti tanah sawah kemarau, menanam nilai di ubun-ubunku. Ia tak bicara, hanya sunyi yang menenteramkan. Dari sana aku mengenal diam sebagai bahasa pertama. Lalu aku sampai ke istana. Tempat kata punya bayangan sendiri, tempat fitnah bisa dibeli seperti gula jawa. Di sana, cinta tak bertunas, hanya tumbuh duri. Aku jadi dayang-menyapu jejak orang yang tak pernah berjalan. Lalu datang seorang pangeran, membaca batinku seperti menafsir tembang lawas. Kami tumbuh, tapi tidak sempat berakar. Akhirnya, aku merasa merdeka. Seperti padi yang dipanen tangan sendiri. ---
Citta - Lukisan Kesadaran by wyhartono
wyhartono
  • WpView
    Reads 64
  • WpVote
    Votes 20
  • WpPart
    Parts 17
Bukan kesadaran yang lahir lebih dulu, melainkan keberadaan-sebuah keberadaan yang dikirimkan tanpa pilihan, tanpa kehendak. Aku hanya tiba, ditarik dari ketiadaan menuju panggung dunia. Di sana, dalam tangisan yang belum mengenal makna, dunia pun mulai membentukku, perlahan, sabar, dan kadang dengan kejam. Setiap fase bukan sekadar waktu. Ia adalah ranah tempat jiwa ditantang untuk tumbuh, atau hancur. Kanak-kanak, remaja, dewasa-nama-nama itu bukan penanda umur belaka, melainkan medan bagi motivasi-motivasi purba dan konflik-konflik batin yang saling bersaing. Aku berjalan di lorong-lorong takdir, tak sepenuhnya sadar bahwa di balik setiap langkah, ada keputusan, dan di balik setiap keputusan, ada bayang-bayang jejak yang tak bisa kuhapus. Pengalaman, katamu? Ia tidak sekadar datang-ia menyerang, merangkul, menghancurkan, lalu membentuk kembali. Aku seperti tanah liat dalam tangan waktu, kadang dibentuk indah, kadang ditinggal pecah. Namun di sana pula, dalam retakan itu, aku mulai melihat diriku. Takdir bukan garis lurus, dan hidup bukan skenario agung yang sudah ditentukan. Ia adalah dialog, tarian antara kehendakku dan kekuatan dunia yang tak bisa kuabaikan. Setiap pilihan yang kuambil, entah berdasarkan cinta, ketakutan, harapan, atau dendam, menciptakan gurat cerita yang tak bisa terulang. Hingga di akhir nanti, dalam keheningan yang sama seperti awalnya, aku tahu: bukan tentang berapa lama aku berjalan, tapi sejauh mana aku mengenali setiap langkah itu. Dan mungkin, hanya mungkin, di sana-di titik terakhir di mana dunia melepas aku kembali ke diam-aku akan tersenyum, mengingat bahwa aku pernah mencoba menjadi manusia sepenuhnya.
Giri Sagara - Kumpulan Puisi by wyhartono
wyhartono
  • WpView
    Reads 152
  • WpVote
    Votes 23
  • WpPart
    Parts 22
Aku datang. Tanpa alasan, tanpa rencana. Angkasa tak tanya, pertiwi tak jawab. Tangis pertamaku adalah pernyataan. Aku hidup. Itu cukup. Waktu berjalan. Aku bertumbuh. Tumbuh tidak selalu indah. Nama-nama datang: anak, dewasa, tua. Tiga kata. Tiga perang. Aku membuat pilihan. Pilihan membuat bayangan. Bayangan tidak bisa dihapus.