radenputr
Prolog: Pintu Itu Tidak Pernah Ada
Malam itu dingin tak biasa. Hujan turun tanpa suara. Langit mendung menggantung seperti tirai gelap yang siap menelan dunia. Di sebuah desa kecil bernama Kembangjati, satu rumah tua berdiri membisu di ujung jalan-sendirian, terlupakan.
Rumah itu seharusnya kosong. Pemiliknya, seorang wanita tua bernama Ibu Sekar, dikabarkan telah meninggal lima tahun lalu. Tapi anehnya, sejak tiga malam terakhir, lampu di loteng rumah itu selalu menyala tepat pukul 02.33 dini hari.
Orang-orang desa mulai berbisik. Ada yang melihat siluet perempuan di jendela, ada yang mendengar suara tangisan pelan dari dalam rumah, dan yang paling aneh: pintu belakang rumah itu... tidak pernah ada sebelumnya. Tapi kini, pintu itu berdiri kokoh, menghitam dan lembab, seperti mengundang siapa pun yang cukup bodoh untuk masuk.
Andini, seorang jurnalis muda dari Jakarta, datang ke desa itu untuk menulis cerita tentang tempat-tempat berhantu. Ia tidak percaya hantu. Baginya, semua bisa dijelaskan dengan logika. Sampai malam itu, saat ia membuka pintu yang seharusnya tidak pernah ada.
Di balik pintu itu, bukan ruangan... tapi lorong. Gelap. Panjang. Basah. Berbau darah dan besi tua.
Dan dari kejauhan, terdengar suara...
> "Akhirnya... kamu datang juga."