Di sebuah gereja tua di pinggiran kota, dua belas anak tanpa nama dibesarkan oleh organisasi misterius bernama 'The Moon'. Sejak kecil mereka dilatih menjadi pembunuh-tanpa emosi, tanpa masa depan, hanya hidup untuk misi. Mereka diberi panggilan berdasarkan bulan kelahiran mereka dalam persaudaraan: dari Januari hingga Desember, dan masing-masing memiliki keahlian mematikan yang tak tertandingi.

0?

Apa arti dari maskulinitas?

tentang tahun 1996 yang sunyi tetapi hangat, tentang riwoo yang sepi dan jaehyun yang hangat. akankah mereka bersama?

Sekolah swasta ternama, disiplin tinggi dan penuh tekanan akademik. Setiap semester, pihak sekolah mengadakan "Program Pemulihan Emosi" untuk murid-murid yang dianggap punya potensi masalah-baik perilaku, mental, atau sosial. Enam murid dimasukkan dalam satu kelompok kecil. Mereka bukan teman, bahkan sebagian belum pernah bicara satu sama lain. Mereka semua punya satu kesamaan: tidak baik-baik saja... tapi tak pernah ada yang menanyakan.

zombie apocalypse

Sebenarnya ada apa di kamar 204?

cerita ini membawa kita ke sebuah rumah tua, kenangan masa kecil yang sunyi, dan enam saudara kandung yang kini kembali tinggal bersama untuk pertama kalinya sejak mereka beranjak dewasa..

Kota kecil mereka diguncang oleh penemuan mayat seorang gadis kecil bernama Eun-soo, umur 10 tahun, yang ditemukan meninggal secara misterius di dalam rumahnya saat badai besar melanda. Ayah korban, seorang buruh pabrik bernama kang daejin, melapor ke polisi dengan histeris, mengatakan putrinya dibunuh oleh perampok. Tapi.. apakah ini benar kasus perampokan yang berujung pembunuhan??

Enam mahasiswa-Sungho, Riwoo, Jaehyun, Taesan, Leehan, dan Woonhak-pindah ke sebuah kos dekat kampus besar di Yogyakarta, membawa sifat, ambisi, dan luka masing-masing. Di kos inilah mereka belajar arti persahabatan sejati: dari pertengkaran kecil, konflik personal, hingga proyek akademik yang menegangkan, semuanya dijalani bersama. Riwoo menjadi tempat peristirahatan teman-temannya, Sungho berperan sebagai "ibu" kos, dan Taesan serta Leehan sering berselisih tapi tetap saling melengkapi. Melalui tawa, tangis, dan perjalanan bersama, kos ini berubah menjadi rumah kedua-tempat mereka tumbuh, saling mendukung, dan membentuk kenangan masa muda yang hangat dan tak terlupakan.