FaulHusna
- Reads 6,435
- Votes 1,021
- Parts 70
"Ekal..! Berhati main lempar-lempar bantal!"
"Bukan gue, Ciel duluan tuh yang lempar!"
"Bang, fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan."
"Kak Asha, susu Jiel hilang..!"
"Siapa yang patahin kuas gue?!"
"Naka bang yang patahin."
"Sorry bang, gak sengaja."
"Gak bisa tenang apa sehari aja? Gue gak bisa fokus kalau kalian berisik terus."
"Salahin si kembar, kakak udah pusing ngurus mereka seperti mengurus bayi. Padahal udah pada besar, tapi kelakuan masih kayak bocah-bocah SD. Terutama Ekal sama Ciel."
"Kita lagi yang kena."
"Capek deh."
Bagaimana rasanya memiliki 7 adik laki-laki yang dimana 5 diantara terlalu hiperaktif? Bagi Vanilla, anak pertama dari 8 bersaudara dan satu-satunya anak perempuan di antara mereka, jawabannya adalah capek, lelah, dan pasrah. Memiliki satu adik saja sudah cukup melelahkan, apalagi 7 adik laki-laki yang penuh dengan sifat nakal, jahil, dan berisik.
Di rumah keluarga Pradipta, tidak ada kata sunyi, sepi, dan tenang. Baik malam hari maupun siang hari, rumah mereka selalu dipenuhi dengan suara-suara dan kegiatan yang tidak pernah berhenti. Vanilla tidak bisa menggambarkan bagaimana suasana di rumahnya karena terlalu banyak hal yang terjadi, namun ada satu hal yang bisa ia katakan. Rumahnya terlalu hidup, sangat.
Meskipun demikian, Vanilla tetap mencintai adik-adiknya dan berusaha untuk menjadi panutan yang baik bagi mereka. Ia hanya berharap bahwa adik-adiknya bisa tumbuh menjadi orang-orang yang baik, bertanggung jawab, dan bisa membuat rumah mereka menjadi tempat pulang yang akan selalu dirindukan dan dinanti-nantikan semua orang.
SILAHKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA!