Katanya, kalau cinta saling berbalas, semesta pasti bantu menyatukan. Tapi, bagaimana kalau justru jarak yang memisahkan kami-perlahan, tapi pasti? Aku mencintainya sejak lama. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa berada di titik ini, hampir memilikinya. Tapi sebelum sempat kugenggam, ia pergi. Ke tempat jauh yang bahkan tak bisa kugapai, selain lewat layar ponsel yang makin hari makin dingin. Kami pikir, cinta saja cukup untuk bertahan. Tapi ternyata, waktu, jarak, dan kesibukan bisa mengikis apa yang dulu kami sebut 'rasa'. Dan aku... mulai lelah. Ini bukan kisah tentang akhir yang tragis. Tapi tentang seseorang yang mencoba terus bertahan, meski tak tahu, apakah masih ada yang benar-benar ditunggu di seberang sana.

Danny Alfian Yudhanto jarang bicara. Di antara keramaian kampus, ia lebih memilih memantulkan bola basket di halaman rumah daripada berdebat dalam forum terbuka. Ia menyukai kesendirian, bukan karena nyaman, tapi karena dunia luar terlalu sering melukai. Mimpinya sebagai atlet basket hancur karena satu nama: Darius. Bukan sekali atau dua kali ia dijatuhkan. Danny disudutkan, dirundung, bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Tapi semua itu ia simpan rapat, seolah diam adalah satu-satunya pertahanan yang tersisa. Lalu hadir Davinna Kamillia. Bukan perempuan yang terluka, bukan pula sosok penuh drama. Ia datang dari keluarga yang hangat, dibesarkan dengan nilai-nilai religius dan kepekaan sosial. Seseorang yang tahu bagaimana bersikap tegas, sekaligus tahu kapan harus diam dan mendengar. Bagi Danny, Davinna adalah sesuatu yang asing: seseorang yang utuh. Dan justru karena itu, ia ragu. Apakah orang yang rusak pantas dicintai oleh seseorang yang tumbuh tanpa luka? Ini bukan cerita tentang dua luka yang bertemu. Ini tentang seorang pemuda yang ingin sembuh, dan seorang perempuan yang memilih hadir-bukan untuk menyelamatkan, tapi untuk menemani.

Enam mahasiswa dari latar belakang dan jurusan berbeda dipertemukan oleh takdir di tengah hiruk pikuk dunia kampus. Tiga laki-laki dengan hobi yang sama-musik, dan tiga perempuan yang berbeda dalam segalanya-passion, cara pandang, dan sikap. Tapi justru perbedaan itulah yang menjadikan mereka satu. Di balik tawa, tugas kuliah, dan kopi yang menemani malam-malam begadang, perlahan terungkap luka lama, rahasia yang disimpan rapat, dan rasa yang tak sempat diungkapkan. Mereka belajar bahwa menjadi dewasa bukan hanya soal usia, tapi tentang keberanian menerima diri sendiri dan orang lain. Tentang bagaimana persahabatan bisa menyembuhkan, dan bagaimana cinta datang... kadang saat kita nggak mencarinya. Karena di dunia ini, mungkin kita cuma butuh tiga rasa-jujur, percaya, dan peduli-untuk menyatukan enam jiwa yang tak sempurna.

Setelah kepergian ayahnya secara mendadak, Khaula terpaksa menunda impian kuliahnya demi keluarga. Di usia yang baru menginjak delapan belas, ia menjadi tulang punggung bagi dua adiknya dan seorang ibu yang semakin tenggelam dalam kesunyian dan luka. Ketika hidup menguji dari segala sisi-kehilangan, tekanan ekonomi, dan konflik batin-Khaula harus memilih: menyerah pada keadaan atau bertahan meski tak tahu ke mana langkah akan membawanya. Dengan hanya bermodalkan ijazah yang belum terbit, selembar CV seadanya, dan doa yang tak henti terucap dalam sujud panjang, Khaula melangkah dalam ketidakpastian. Yang tanpa Khaula sadari, semua kehidupan baru yang ia Jalani saat ini ternyata telah di persiapkan untuk takdir yang tak pernah ia sangka, ketika kehilangan orang-orang di sekitarnya menjadi bayaran dari semua hal yang telah ia raih. Sebuah kisah tentang keluarga, pengorbanan, dan keberanian perempuan muda dalam menghadapi hidup yang tak pernah benar-benar ramah.

END // Segera Terbit ●●● Dalam penyelidikan akan kematian Ayahnya sendiri, Rineva dibuat terkesima oleh bantuan tiga cowok humble. Siswa baru pindahan dari Seoul yang 10000% green flag, Guru musik super soft spoken asal Aussie, dan Ket-Os sekaligus kapten basket SMK nya sendiri yang obses tapi bucin parah. Teror bermunculan. Gadis itu butuh bantuan. Tapi, Rineva tak boleh salah percaya. Karena satu di antara mereka, adalah penjemput mautnya sendiri. ______________****________________ Join PENSI vol.22 TKP 2025 During 25 days project with love. Start 29 July - 22 August Murni imaji sendiri. Plagiat = Santet (Berkata dengan sangat soft spoken) Happy reading!

Angel membenci hidupnya. Kesialan demi kesialan terus terjadi. Wajah cantik yang dia miliki tidak menjamin kehidupan yang baik pula. Dia membenci keluarganya, membenci jalan yang ditempuhnya. Bahkan dia selalu protes kepada tuhannya. Satu keuntungan yang masih dia miliki adalah sahabatnya, Anka. Juga kehadiran Ardli menjadi kebahagiaan tersendiri di hatinya. Akan tetapi ketika dia merasa hidupnya berjalan dengan baik dalam beberapa waktu saja, nestapa kembali menyapanya. Akankah dia benar-benar menyerah terhadap hidupnya? *** Start: 29 Juli 2025 End:

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ _••• jika pada akhirnya aku tetap tidak bisa memilikimu biarlah aku mengagumi mu sampai titik dimana rasa itu hilang dengan sendirinya dan biar lah suasana menunjukan bahwa tidak terjadi apa apa •••_ _______________________________ apa rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, sakit bukan itulah yang aku rasain jihan yang mencintai salah satu anak pondok , namun kiba beda jauh tuan, kamu anak pondok sedangkan aku negeri "mengapa kamu di sini, ini udah malam kenapa kamu masih di luar," ucap rama "tidak kak, jihan hanya mencari angin saja," kata jihan "kakak, akan pulang ke pondok besok, kamu tunggu kakak kembali ya, kakak,akan hidup bersamamu, janjilah kakak tidak akan meninggalkan mu," ucap rama kembali "oke kak, tapi tiga tahun itu bukan waktu yang singkat kak, apakah jihan sanggup, tapi kakak ga akan tinggalin jihan kan?, " tanya gadis itu "enggak, kakak akan menikahimu ketika pendidikan kakak selesai," kata rama lagi "oke kak," kata jihan tapi itu semua hanya omong kosong, mengapa kamu tinggalkan aku kak, aku sudah rela menunggumu selama itu, tapi kamu malah menikah dengan anak pondok juga, semua itu hanya omong kosong.

Hijau, mewakili musim semi. Satu musim yang hadir setelah sekian luka membuat hidup seorang pemuda mejadi gersang tiada kira. Percayalah, tidak ada luka yang abadi sebab kita memiliki musim semi kita sendiri, yang kelak juga akan berputar menjadi musim-musim lainnya. Series 1 Musim Rindu 🤍

Bagaimana perasaan kamu jika mengetahui bahwa suatu karya yang kamu buat ternyata berubah menjadi nyata? Yap! Nyata, dengan paras menawan yang persis seperti apa yang sudah kamu ciptakan. Gila? Tentu saja! itu lah yang dirasakan Natha. Sergia Pranatha namanya, wanita cantik nan imut, ratu SMA Bimasakti yang dikenal sebagai penggila seni. Dipertemukan oleh Hael, pria tampan yang Natha ciptakan hanya dengan bermodal imajinasi tinggi, sebatang pensil dan selembar kertas putih. Hael, seorang atlet taekwondo itu benar-benar nyata! dengan ketampanan, serta bentuk tubuh yang nyaris sempurna itu sama persis seperti apa yang Natha buat.