SuaraHening17
Syaqina tidak tumbuh dalam rumah yang sepenuhnya tenang. Sejak kecil, ia akrab dengan suara-suara meninggi dari balik pintu, tentang hal-hal kecil yang tampak sepele atau masalah yang belum bisa ia pahami. Tapi dari kebingungan itulah, cara pandangnya terhadap dunia perlahan terbentuk.
Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Syaqina lebih sering berada di rumah. Ia menjadi saksi paling diam dari yang terjadi di dalamnya. Ia tahu bagaimana rasanya menelan tangis dalam sunyi, tanpa ada yang menyadari.
Namun, ia tidak benar-benar sendiri. Rasya Aditya Nugraha, kakak ketiganya, selalu menjadi tempatnya berlindung saat dunia terasa terlalu asing. Rasya memanggilnya "Asya", karena Syaqina kecil kesulitan menyebut namanya sendiri atau mungkin karena bagi Rasya, ia adalah kesayangannya.
Ini adalah kisah tentang luka-luka kecil yang tak pernah sepenuhnya sembuh, namun justru membentuk kekuatan. Tentang kasih yang tumbuh dalam diam, dan perlindungan yang hadir tanpa banyak kata.
Hingga suatu hari, di masa remajanya, Syaqina bertemu seseorang, Adrian Mahendra. Laki-laki yang menjadi teman sekelas Syaqina saat SMA. Laki-laki yang duduk beberapa bangku dibelakangnya. Perlahan, kehadirannya menjadi ruang aman yang baru. Ia bukan tokoh utama kisah cinta yang penuh kejutan, namun ia menetap dalam cara yang tenang dan penuh rasa. Tak banyak bicara, tapi kehadirannya dalam.
Cerita ini bukan hanya tentang cinta atau kehilangan. Tapi tentang tumbuh dalam ketidaksempurnaan. Tentang menerima bahwa keluarga tak selalu utuh, cinta tak selalu menetap, dan bahwa beberapa orang datang hanya untuk menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.
Tentang Syaqina yang belajar bertahan, mencinta, dan memaafkan meski perlahan...