HasratLembur
- Reads 2,141
- Votes 6
- Parts 7
Ketegangan meliputi seluruh keluarga besar Papah saat ia memutuskan untuk menikah lagi. Mama dan ketiga orang kakakku menentang keputusan Papah.
Masalahnya, perempuan yang mau dinikahi Papah, sebut saja namanya Dea, seusia dengan kakak perempuanku yang kuliah semester 2. Aku yang waktu itu baru lulus SMP belum begitu paham dengan urusan orang tua.
Meski tinggal berjauhan, Papah tetap rajin mengunjungi kami seperti biasanya. Hanya saja ia tak pernah mengajak istrinya karena mungkin khawatir akan menimbulkan konflik. Begitu juga soal biaya hidup, Papah tidak pernah terlambat mentransfer ke rekening Mama.
Waktu lulus SMA, karena tidak diterima di perguruan tinggi negeri, Papah menawariku untuk kuliah di Jakarta karena ia punya kenalan rektor di salah satu perguruan tinggi swasta di sana.
Semula aku ragu. Apalagi Mama dan ketiga kakakku tak setuju. Mereka ingin aku berjauhan dengan Mama. Tapi ketika kemudian ada kabar kalau Papah masuk rumah sakit, aku akhirnya menerima tawaran Papah.
Aku dan kakak perempuanku, sebut saja namanya Mbak Sinta, berangkat ke Jakarta untuk menengok Papah. Aku trenyuh saat melihat Papah terbujur lemah di tempat tidur.
Saat itulah untuk pertama kalinya aku bertemu Dea. Mbak Sinta tidak saling bertegur sapa dengan Dea. Kelihatan sekali kalau ia sangat tidak suka pada istri baru Papah itu.
Karena kasihan pada Papah itulah kemudian aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Mbak Sinta marah saat kukatakan itu padanya, tapi aku bersikukuh pada pendirianku.
Menurutku, paling tidak ada satu anak Papah yang menemaninya di Jakarta, karena tak ada satupun kerabat di kota metropolitan itu. Akhirnya Mbak Sinta pulang sendirian, sedangkan aku menjaga Papah di rumah sakit sampai Papah diperboleh pulang.