Selama enam hari, mereka menjelajahi sudut-sudut Yogyakarta-dari jalanan Malioboro yang riuh, hutan pinus yang diam, hingga Bukit Bintang yang menyimpan langit malam paling jujur. Perlahan, obrolan yang tadinya canggung berubah jadi nyaman. Tatapan yang biasa jadi sulit dilepaskan. Tapi hari selalu punya ujungnya. Dan liburan, tak pernah abadi. Apakah kenyamanan bisa bertahan setelah tiket pulang dipesan? Ataukah perasaan ini hanya akan menjadi satu dari sekian banyak hal yang tertinggal di kota itu? Sebuah kisah pelan yang ditulis dengan lembut, tentang menemukan seseorang di saat tidak dicari-dan menemukan kembali diri sendiri di saat hampir menyerah.