Tiga Dimensi
2 stories
Sketsa Theo by ArthirraMorgan
ArthirraMorgan
  • WpView
    Reads 147
  • WpVote
    Votes 6
  • WpPart
    Parts 1
Sketsa. Aku terbiasa hidup di antaranya-di garis-garis yang tak selesai. Bukan karena tak bisa kusudahi, tapi karena aku takut melihat bentuk utuhnya. Kupikir, biarlah tetap setengah jadi. Tak akan ada yang peduli pada gambar yang bahkan tak ingin hidup. Lalu dia datang. Bukan untuk menyuruhku menyelesaikannya, tapi menawarkan tangannya, lembut dan pasti, seraya berkata, "Boleh bantu nyelesein?" Ini semua bukan hanya tentang gambar, tapi tentang hidupku juga. Tentang tangan yang datang untuk meraihku, mengisi kekuranganku. "Kalau takdir kita emang bersama, izinin aku mengganti rahimnya. Biarkan aku melakukan penebusan itu." Dan saat itu, aku ingin mengarsir bagian kosongku. Untuknya. Mungkin... sketsa ini memang bukan untuk kuselesaikan sendiri.
Nirmana Lila | Tamat by ArthirraMorgan
ArthirraMorgan
  • WpView
    Reads 50,487
  • WpVote
    Votes 3,767
  • WpPart
    Parts 102
Kamu tahu, apa yang bisa menghubungkan satu tebing ke tebing lainnya, meski jurangnya begitu curam? Jembatan. Ya, aku dan dia seperti dua tebing dengan jurang yang nyata terlihat. Dalam dan lebar. Bodohnya, jembatan itu masih nekat dibangun. Semakin dalam jurang, semakin kuat pula pondasi yang dibutuhkan. Dan gilanya, dia membangun pondasi itu dengan begitu mudah dan sederhana. Caranya? Dengan menjelaskan apa itu nirmana. Aku hanya bisa tertawa, miris. Betapa ringannya dia meletakkan pondasi jembatan itu di sini, di hatiku. Dengan pemikirannya yang unik, dia menunjukkan bahwa nirmana bukan hanya soal seni, melainkan cara untuk mengenali sesuatu yang belum pernah kita pahami, bahkan diri kita sendiri. Dari situlah, perlahan, dia menuntunku ke sebuah jembatan yang ia bangun dengan nirmana. Dari titik-titik kekaguman tak terduga, menjadi garis samar sebuah perasaan yang seharusnya tak ada, dan terbentuknya sebidang kerumitan yang menyangga. Hingga... "Kenapa harus Brian?! Dia itu keponakanku, La!" teriakan suamiku menghantam. Dalam sekejap, aku dihadapkan pada kenyataan pahit: nirmana hidupku ternyata jauh lebih rumit daripada gambar-gambar yang harus kuselesaikan.