Kalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya, mantan wakil ketua geng motor, atau gelar kriminal lainnya ada di dalam diri Nata. Tapi, ternyata Nata tidak seburuk yang dipikirnya, ada sisi lain yang membuat Rea pada akhirnya jatuh hati. Dan begitu Nata mengungkapkan perasaannya duluan, justru Rea menolaknya karena traumanya terhadap lelaki. Begitu saja sampai ada akhirnya Rea berubah pikiran dan mereka menjalin hubungan. Bencana tidak sampai di situ, di saat keduanya sudah mulai lebih dekat, mereka harus diberi dua pilihan antara kebahagiaan mereka atau orangtua masing-masing. Bagaimana jadinya jika ibu satu-satunya Nata, dan ayah satu-satunya Rea disatukan oleh anak-anaknya sendiri-yang mana, Rea belum mengetahui identitas asli Nata bahwa dia adalah anak dari gurunya, alias calon ibu barunya nanti? Apakah hubungan mereka akan baik-baik saja, terus berlanjut bahagia, atau berujung luka? Atau... justru keduanya memilih mengalah saja?

Pilih mencintai atau dicintai? Pilih orang baru atau orang lama? Pilih mengejar atau dikejar? Zairu mengira Vanila, yang suka mengejar-ngejarnya adalah stalker-nya selama ini, tapi ternyata ada orang lain di balik semua itu. Tidak hanya itu, setelah terungkap siapa stalker sebenarnya, ada orang yang lebih berbahaya lagi. Lantas, bagaimana dengan cinta Vanila, apa lebih baik dia membalas orang yang mengejarnya saja, atau mempertahankan cinta tanpa balasan itu? "Lo pikir dengan cara lo jadi penguntit gini orang bakal seneng? Jangan suka ikut campur dan caper sama orang. Itu sama sekali nggak bakalan bikin orang itu suka balik sama lo. Yang ada malah tambah risih." "Apa gue salah selama ini salah, berjuang demi lo, Kak?" "Lupain perasaan lo, Val." "Kenapa? Apa ada orang lain di hati lo?" "Lupain perasaan lo daripada lo terus tersakiti sama omongan gue. Gue nggak sebaik yang lo kira. Gue PEM-BU-NUH, Val! Gue penyebab adek gue bunuh diri!"

Awalnya mereka tidak terlalu serius menanggapi hal sepele yang dialami dua temannya, tapi begitu masalah lain perlahan muncul, satu demi satu kehilangan barangnya, tuduh-menuduh, musuh-memusuhi, menjadi hal yang dominan di kelas itu karena tidak ada yang mengaku. Lalu masalah lain lebih parah muncul, kelas itu mulai kehilangan manusia-manusianya yang bunuh diri semua, menyisakan tiga orang dan satu pelaku. Pertanyaannya, memangnya benar? Manusia sok berkuasa seperti mereka yang takut mati, justru kompak bunuh diri sendiri? Sebenarnya... siapa otak dan kaki tangan kekacauan ini?

"Mereka membunuh bukan karena ada dendam di masa lalu atau tersakiti, tapi karena mereka ingin melakukannya, tapi... ada juga yang bilang, yang paling mengerikan ini adalah... faktor keturunan." Sejak tahun pertamanya di SMA, Jane merasa selalu diintai. Entah kebetulan atau bukan, setiap ada yang menyakiti gadis tunawicara itu sedikit saja, orang itu mati di kemudian hari. Meninggalkan banyak teka-teki yang membuat otak Jane serasa dikacaukan. Kalo gak mau pusing, jangan baca, deh, ntar kriting tuh rambut mikirin siapa otak kriminalnya. Clue: jangan percaya siapapun di sini.