Handay32
- Reads 64,197
- Votes 5,874
- Parts 23
Aku dilahirkan di dunia ini dengan satu beban yang tak pernah kupinta: aku hidup, dan Ibu tidak.
Sejak kecil, kata pertama yang kudengar dari ayahku bukanlah "sayang"-melainkan "kenapa bukan kau saja yang pergi?"
Tiga abangku menatapku seolah aku adalah musuh. Makanan dibagi tanpa menyisakan piring untukku. Tawa di ruang tamu tak pernah memanggilku. Hari-hariku adalah lorong gelap penuh diam dan tangis tertahan di balik selimut yang bau debu.
"Ayah tidak akan memaafkanmu," kata abang sulungku saat aku menangis karena demam. "Karena kau penyebab semua ini."
Aku tidak tahu apa arti menjadi anak kecil yang "biasa". Aku hanya tahu cara bersembunyi. Di bawah tangga, di belakang lemari, atau di dalam laci baju Ibu yang masih menyisakan aroma yang tak pernah bisa kutemui lagi di pelukan siapa pun.
Aku ingin Ibu. Tapi mereka semua bilang... Ibu pergi karena aku.
Aku tumbuh dalam diam. Dalam luka. Dalam kerinduan yang tak pernah dijawab.
Sampai suatu malam, ketika hujan turun begitu deras dan tubuhku menggigil karena tidur di gudang yang bocor, aku mengucapkan doa tanpa suara:
"Tuhan, kalau aku memang tidak diinginkan di dunia ini... tolong bawa aku ke tempat yang juga tak menginginkanku. Aku sudah terbiasa. Tapi... bisakah mereka di sana belajar mencintaiku, meski sedikit?"
Dan entah bagaimana, doaku dijawab.
Aku terbangun di tubuh gadis kecil lain, di dunia yang berbeda. Namaku bukan Aya lagi. Tapi penderitaanku masih sama.
Keluarga baruku juga membenciku.
Mereka tidak menyambutku dengan pelukan. Mereka tidak menyadari air mataku yang menetes diam-diam saat makan malam. Sama seperti keluargaku dulu, mereka menolak keberadaanku.
Tapi dunia ini memiliki satu hal yang berbeda.
Kesempatan.
Mungkin, dengan waktu... mereka bisa melihatku.
Mungkin, dengan luka yang sama... mereka akan menyadari kehilangan yang tak bisa di perbaiki