//Trigger Warning: toxic relationship, possessiveness, overprotective behavior, psychological trauma, emotional manipulation. //Tropes: Enemies to lovers, forced proximity, possessive obsessive male, dominant x bratty. Yonna gak percaya cinta. Apalagi kalau datang dari mulut pria yang bisa ngebongkar seluruh identitas palsunya dalam sekali klik. Tapi malam itu, dia nyaris mati dan pria yang narik dia dari neraka itu adalah Elio si investigator keuangan. Dingin. Dominan. Berbahaya. Sayangnya, persis tipe yang bikin Yonna lupa gimana caranya jaga jarak. Saat masa lalu mulai memburu, dan kasus pencucian uang berubah jadi arena penuh tipu-tipu dan darah, satu-satunya tempat aman justru di balik pelukan pria yang bisa bikin dia hancur lebih cepat dari siapa pun. Mereka gak harus jatuh cinta. Tapi tubuh mereka udah lebih dulu menyerah. Soal rasa? Ya, itu datang belakangan. Dengan brutal.

Mereka tak saling jatuh cinta. Mereka saling jatuh ke dalam kekacauan, ke dalam ketertarikan yang terlalu cepat, terlalu dalam, dan terlalu sulit dijelaskan. Semua bermula di malam yang tak direncanakan. Satu bar, satu mobil, dan dua orang asing yang sama-sama tidak beres tapi juga terlalu pas. Tidak ada janji, tidak ada harapan. Tapi, ada satu hal yang tertinggal bernama rasa. Sesuatu yang rusak tak sadar berubah karena pelukan yang terlalu lama, kata-kata yang terlalu jujur, dan godaan yang selalu datang di waktu paling salah. Terasa lucu, pedas, dan diam-diam menggoda, ini cerita tentang keberanian buat membuka luka dan membuka diri. Bahkan ketika dunia bilang, "Jangan jatuh hati." Karena cinta tidak selalu hadir bersama lampu temaram dan musik lembut, dalam guratan kata ini, cinta datang dengan kaus kusut, keringat dingin, dan tatapan yang bilang, "Gue gak mau siapa-siapa lagi, cuma lo."

Ares Patarai hidup dari membongkar aib manusia. Di usianya yang ke-29, dia telah melihat terlalu banyak kebusukan: uang haram, pemalsuan, tubuh-tubuh yang dijual untuk kekuasaan, dan dia tak pernah tertarik pada siapa pun, kecuali tubuh mereka. Hingga dia bertemu Salwa. Gadis cerewet, polos, terlalu mudah penasaran dan terlalu mudah membuat Ares ingin menekuknya di atas meja, hanya untuk membungkam semua pertanyaan bodohnya. Dia tidak tahu siapa Salwa sebenarnya. Hanya satu nama dari warisan seorang kriminal, satu jejak dalam kasus yang harus ia selesaikan. Tapi rasa ingin tahu Ares tumbuh menjadi obsesi. Sentuhan Salwa seperti racun manis yang bikin mabuk, bikin lupa dunia. Salwa tak pernah tahu kalau pria itu mengawasinya. Kalau setiap ciuman, sentuhan, dan bisikan di malam hari adalah bagian dari rencana yang lebih gelap. Tapi bahkan Ares tak bisa mengontrol gairahnya. Bagi Ares ini bukan cinta pertama yang manis. Tapi, Ares ingin mengikat wanita itu dengan tubuh, dengan dosa, dengan seluruh kebusukannya, dan tentang wanita yang perlahan mulai menikmati dibinasakan.