Dalam perayaan Rajasuya Yajna yang agung di Indraprastha, dua anak berusia delapan tahun bertemu secara kebetulan. Pangeran Vrishasena, putra Raja Angga Karna, sedang berjalan-jalan di taman istana dan melihat Putri Pritha, putri Pangeran Nakula dan Ratu Drupadi, menari dengan riang. Dengan senyum ramah, Pritha mengajak Vrishasena berdansa dengannya. Di sanalah, di bawah sinar matahari dan dengan langkah-langkah kecil mereka, benih-benih cinta sejati mulai tumbuh melalui tarian, tawa, dan pertemuan pertama yang tak terlupakan.

Historical Fiction [Mahabharata] Upapandavas, Pancakumari. Lima putri yang lahir dari rahim kekasih abadi Pandavas, Draupadi, adalah perwujudan nyata dari Dharma dan Cinta yang mengalir dalam darah para Pandavas. Dibesarkan dalam kemegahan istana berserta dengan segala kemewahan dan kehormatan yang mengelilingi mereka, setiap putri memiliki keunggulan yang masing-masing mencerminkan sisi terbaik dari ayah mereka. Namun, di balik itu semua, jalan hidup mereka tidaklah mudah. Setiap keputusan yang ambil akan membentuk masa depan mereka, menguji keteguhan hati dan pengorbanan atas keluarga.

Di dalam kerajaan Indraprastha, denting gelang kaki seorang anak membuat istana bersinar. Ia adalah Devayasha, putri bungsu Arjuna dan Draupadi. Kelahirannya disambut sebagai anugerah, sebuah kejutan manis yang menutup lingkaran kasih keluarga Pandawa. Mungil, lincah, dan penuh tawa, Devayasha tumbuh di antara pahlawan besar dan kakak-kakak yang menjaganya. Namun, dengan kepolosannya, ia sering menukar keseriusan istana dengan keriangan. Di balik denting langkah kecilnya, tersimpan cahaya yang mengikat kasih, menyembuhkan letih, dan mengingatkan semua bahwa bahkan di tengah legenda dan peperangan, ada ruang untuk senyum seorang anak.