Fantasi
2 stories
Terraciel World: A Rival But Tempting by orangpendiam
orangpendiam
  • WpView
    Reads 2,233
  • WpVote
    Votes 1,638
  • WpPart
    Parts 15
Pertemuan pertama, tangannya disentuh. Kedua, bahunya. Ketiga... sudah keterlaluan. Sebagai seseorang yang membenci sentuhan, Arcelia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Darius-Putra Mahkota dari Kekaisaran Zyn yang terkenal dingin dan kuat. Setiap sentuhan bukan hanya melanggar batas, tapi juga memicu api pertarungan dalam dirinya. Namun ada satu masalah. Dia belum pernah menang sekalipun melawannya. Darius, pewaris darah Dewa Perang, tampaknya menikmati permainan ini. Dengan senyuman licik dan tatapan tajam, ia terus menantang Arcelia, bukan hanya di medan duel, tapi juga di medan perasaan. ʚღɞ "Aku ingin menggigitmu." Arcelia menggertakkan gigi kesal. Selalu saja, tatapan pemuda di depannya ini membuat Arcelia terprovokasi, dia merasakan tangannya gatal ingin memukulnya. Sayang sekali, Arcelia tidak bisa mengalahkannya selama beberapa pertarungan mereka. "Kemari," Darius menyeringai, "Sebagai balasannya, aku akan menggigitmu kembali." [4-06-2025] Rank 2 #romancefantasy [10-06-2025] Rank 3 #magic
Terraciel World: Nyanyian Darah Tertua by orangpendiam
orangpendiam
  • WpView
    Reads 9,020
  • WpVote
    Votes 4,911
  • WpPart
    Parts 23
Varie melangkah ragu menuju aula utama. Matanya menyapu deretan kursi bertingkat yang tak terhitung jumlahnya. Mungkin ada ribuan, atau lebih. Belum pernah ia melihat aula sebesar ini. Jantungnya berdebar, antara gugup dan kagum. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Pandangannya menyapu ruangan dan terhenti pada sepasang mata biru yang begitu familiar. Pemuda itu, Kael. Sosok yang kini lebih dewasa, namun tetap dengan tatapan tajam yang tak pernah berubah. Varie menahan napas, matanya sejenak membeku. Tidak mungkin, Ini bukan kebetulan, kan? Tentu saja itu Kael, meskipun dia tampak jauh berbeda dari yang ia ingat. Kael melangkah pelan ke arahnya. Langkah-langkahnya tenang, terukur. Bukan terburu-buru, tapi juga tidak ragu. Seolah jarak di antara mereka memang tinggal menunggu waktu untuk dijembatani. Kael berhenti tepat di hadapan Varie. Beberapa detik hanya diisi keheningan. Sorot matanya tetap tajam, tapi dalamnya menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan, rindu yang ditahan terlalu lama. "Varie." Suaranya pelan. Varie mengerjap pelan. "Kael" ujarnya, lebih kepada dirinya sendiri. Tubuhnya seolah butuh waktu untuk menerima kenyataan itu. Tatapan mereka bertemu. ----- Di antara konspirasi kekuasaan, sihir pemusnah, dan kebenaran yang terlupakan, mereka dihadapkan pada pilihan: Mengikuti jalan yang ditentukan atau Membentuk takdir baru bersama. Darah dan mesin. Jiwa dan sistem. Saat keduanya bersinggungan, dunia tak akan lagi sama.