fyno_s
- Reads 275
- Votes 41
- Parts 35
---
Hujan turun pelan malam itu, menempelkan dingin di kaca jendela yang berembun. Di kamar sempit berbau buku-buku lama, seorang pemuda duduk diam, bahunya merosot, tatapannya jatuh ke lantai seakan ada beban yang tak bisa ia bagi. Di tangannya, tergenggam sebuah gelang kain lusuh-hadiah dari seseorang yang dulu begitu dekat, kini hanya tinggal nama dalam doa.
Di meja belajarnya, tersisa cangkir kopi yang sudah dingin sejak sore, dibiarkan begitu saja karena tak ada lagi yang mau diajak bicara panjang sampai lupa waktu. Foto usang yang terbingkai kayu tampak terbalik, sengaja disembunyikan, tapi setiap malam ia tetap mencuri pandang ke sana, seolah berharap senyum yang terekam di situ bisa hidup kembali.
Hening menelannya perlahan, hening yang dipenuhi suara tak terucap. Seperti lirik lagu yang tak selesai dinyanyikan, perasaan itu tetap menggantung-tak pergi, tak juga sampai. Ada jarak yang terlalu jauh, ada luka yang terlalu dalam, tapi juga ada ikatan yang tak bisa benar-benar putus.
---