Nafisahalyas
- Reads 1,673
- Votes 272
- Parts 20
Astra Évander Solis.
Nama yang gemerlap, seindah bintang di langit malam.
Namun di balik ketenangan yang selalu ia pamerkan, tersembunyi jiwa yang pernah belajar bertahan bukan dengan cinta, melainkan dengan rasa sakit. Ia tumbuh dari rumah yang tidak pernah menjadi tempat pulang. Dari suara bentakan yang lebih sering terdengar daripada sapaan pagi. Dari tangan yang seharusnya melindungi... tapi justru membuatnya belajar bahwa diam adalah satu-satunya bentuk pertahanan.
Ia tak pernah benar-benar marah.
Tak pernah benar-benar menangis.
Karena sejak kecil ia percaya, bahwa emosi hanya memperpanjang luka.
Sampai akhirnya ia mengerti... bahwa ada perasaan yang jauhnya lebih menyakitkan daripada pukulan-rasa rindu.
Rindu kepada seseorang yang tak lagi bisa ia peluk.
Rindu pada adik yang dulu selalu menarik ujung bajunya dan berkata bahwa dunia tak seburuk itu.
Kini setiap kali menghampiri malam, ia masih menatap langit yang sama dan bertanya-tanya, mungkinkah bintang-bintang itu menyimpan tawa yang pernah ia dengar sekali, sebelum semuanya berubah.
Dan meski ia berdiri sebagai sosok paling tenang, hampir tak tersentuh-dalam dirinya masih ada anak kecil yang hanya ingin dipeluk... bukan karena kuat, tapi karena akhirnya diperbolehkan rapuh.