Bila kehilanganmu adalah takdir semesta, maka merelakanmu adalah doa yang kupaksa. Bukan karena cinta ini telah sirna, tapi karena aku tak bisa memaksa bahagia. Kini hanya sebuah rasa tanpa sisa, yang tak punya nama, seperti hujan turun tanpa suara. Aku mencoba tertawa di atas luka, meski jiwaku terus mencari rupa. Kutulis ini bukan untuk mengundang luka, melainkan menatap kembali reruntuhan kita, dan belajar berkata , bahwa telah tiba saatnya tuk rela. Kita telah usai, dan itu kenyataan. Namun cinta ini tak sempat kutanggalkan. Ia tetap tinggal-bagai bayang yang bertahan, meski cahaya kita telah dipadamkan. Aku belajar mengikhlaskan kehilangan, seperti laut yang tak bisa menahan hujan. kuharap kau temukan cinta yang lebih megah. Dan aku, biar kutinggal di antara patah, menyulam ikhlas, meski sesekali basah