Dia meninggalkan kampung dengan tas lusuh dan keyakinan rapuh-tak tahu bahwa perjalanan itu akan menuntunnya pada kehilangan, kesepian, dan makna hidup yang sebenarnya. Di atas kapal menuju kota, ia bertemu seorang perempuan asing yang memberinya kenang-kenangan kecil-tampak sepele, tapi kelak menjadi pengingat bahwa kebaikan masih bisa ditemukan, bahkan di jalan paling sunyi. Kota menyambutnya dengan keras. Seorang rekan kerja perempuan sempat menuntunnya berpikir lebih jernih, hingga tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Kemudian datang dua sosok lelaki: seorang pak tua mekanik yang mengajarinya arti ketekunan dan memanggilnya anak, serta seorang sopir truk muda yang memperkenalkannya pada dunia mesin dan keteguhan hidup di jalanan. Namun waktu tak pernah berhenti memisahkan. Satu per satu pergi-mengejar kehidupan yang lebih baik. Dari kehilangan, ia belajar. Dari jalanan, ia tumbuh. Dan dari cinta yang menunggu di ujung perjalanan, ia akhirnya pulang.