jamurkim
"Kita akan pergi ke taman," kata Minho, meraih carrier kucingnya. "Dan kalian harus berjanji untuk bersikap baik. Mengerti?"
Tentu saja, kucing-kucing itu tidak mengerti. Tapi, mereka terlihat antusias saat melihat carrier yang biasanya hanya digunakan untuk pergi ke dokter hewan.
Proses memasukkan Dori, Soni, dan Doongi ke dalam carrier ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Mereka meronta-ronta, mencakar, dan mengeluarkan suara-suara protes yang memekakkan telinga. Minho sampai berkeringat dingin dan hampir menyerah.
"Ayo dong, kerja sama sedikit," pintanya, berusaha memasukkan Soni yang paling bersemangat. "Ini demi kebaikan kita semua."
Akhirnya, dengan sedikit paksaan dan banyak bujukan, Minho berhasil memasukkan ketiga kucingnya ke dalam carrier. Ia menghela napas lega dan bersiap untuk petualangan di taman.
Sesampainya di taman, Minho mencari tempat yang teduh dan jauh dari keramaian. Ia meletakkan carrier di bawah pohon dan membuka pintunya.
"Oke, kalian boleh keluar," katanya. "Tapi ingat, jangan lari jauh-jauh dan jangan ganggu orang lain."
Dori, Soni, dan Doongi keluar dari carrier dengan hati-hati. Mereka mengendus-endus rumput, mengamati sekeliling, dan kemudian berlari ke arah yang berbeda.
"Hei, tunggu!" seru Minho, panik. "Jangan berpencar!"
Ia berusaha mengejar mereka, tapi kucing-kucing itu terlalu cepat. Dori berlari ke arah kolam ikan, Soni memanjat pohon, dan Doongi menghilang di antara semak-semak.
Minho menghela napas panjang. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Ia seharusnya tidak berharap kucing-kucingnya akan bersikap baik di tempat umum.
.