zxarhsb's Reading List
3 stories
Rumah Kedua  by Zhramadha
Zhramadha
  • WpView
    Reads 28
  • WpVote
    Votes 5
  • WpPart
    Parts 6
Dunia Luna runtuh di usianya yang ke-12. Pertengkaran orang tuanya yang diwarnai perselingkuhan telah memporak-porandakan jiwanya. Terkunci di kamar, ia hanya bisa mendengar suara-suara pilu yang menggema, menahan lapar, dan menelan setiap kata-kata penuh kebencian yang menusuk. Luka itu masih sangat basah dan membekas dalam ingatan. Saat harapan terasa sirna, Nenek Santi datang seperti malaikat penolong. Ia menjemput Luna, memeluk erat, dan membawanya ke rumah yang tenang di tepi pantai. Di sana, di tengah debur ombak dan indahnya senja, Luna mencoba menyusun kembali kepingan hatinya yang hancur. Ia tahu, trauma yang baru saja ia alami tidak akan hilang begitu saja. Namun, di balik semua luka, Luna menyimpan mimpi besar: menjadi seorang penulis dan memiliki toko buku sendiri, tempat di mana ia bisa menciptakan akhir cerita yang bahagia, sebuah kontras dari kisah pahit yang pernah ia alami.
Christy, Penulis Cilik Berhati Baja by zxarhsb
zxarhsb
  • WpView
    Reads 379
  • WpVote
    Votes 23
  • WpPart
    Parts 10
Christy, si bungsu dari lima bersaudara, terlahir lumpuh. Fisiknya lemah, sering diserang penyakit parah seperti asam lambung dan asma, bahkan mengharuskannya sering naik meja operasi. Namun, semua keterbatasan fisik itu gagal memadamkan semangatnya. Sejak kelas 3 SD, ia jatuh cinta pada dunia kata-kata, merangkai novel, puisi, dan kata-kata inspiratif. ​Pada usia 12 tahun (kelas 6 SD), Christy mendadak terkenal sebagai penulis muda fenomenal. Ia didukung penuh oleh Ayah Sean, Mama Gracia, dan ketiga kakaknya (Bang Aran, Kak Eli, dan Kak Chika). Tetapi, perjuangannya tidak mudah. Ada satu kakaknya, Bang Zean, yang kecewa karena Christy lebih memilih pena daripada kuas seniman, menciptakan konflik batin di tengah perjuangan Christy melawan penyakitnya. ​Inilah kisah tentang ketangguhan jiwa yang melampaui kelemahan raga, dan bagaimana kata-kata menjadi obat yang tak pernah gagal.
Vonis di Ulang Tahun Keempat Belas by Zhramadha
Zhramadha
  • WpView
    Reads 577
  • WpVote
    Votes 52
  • WpPart
    Parts 8
Deskripsi cerita Keluarga ini sering dipanggil "Sembilan Bidadari", sebuah sebutan ironis yang menyembunyikan kenyataan pahit mereka. Mereka adalah sembilan bersaudara perempuan yang harus berjuang keras di bawah satu atap yang rapuh, sebuah potret keluarga broken home yang bukan karena perpisahan, melainkan karena kehilangan. Rumah kecil mereka kini dipimpin oleh Helisma (Eli), sang sulung yang baru berusia 13 tahun. Eli harus memikul beban yang terlalu besar untuk usianya: menjadi figur orang tua tunggal bagi delapan adiknya. Di bawahnya ada Jesslyn (Ci Lyn/Ci Jesslyn), 7 tahun, dan Yessica (Chika/Chikuy), 5 tahun, yang sebisa mungkin membantu. Kemudian ada Azizi (Zoya), 4 tahun, Mutiara (Muthe/Mumu), 3 tahun, dan Olla (Olali), 3 tahun, yang masih sangat membutuhkan perhatian. Dua adik terakhir adalah Jessica (Jessi), 2 tahun, Christy (Kak Christy/Toya/Christoy), 1 tahun, dan Freya, si bungsu yang baru lahir. Kehidupan mereka dilingkupi tragedi yang beruntun: Ayah mereka meninggal dunia tak lama setelah Christy berulang tahun yang pertama. Saat itu, Ibu mereka sudah mengandung Freya. Christy kecil hanya sempat merasakan sedikit kehangatan seorang ayah. Pukulan terberat datang ketika Freya lahir. Kebahagiaan akan anggota keluarga baru langsung direnggut oleh duka mendalam; sang Ibu meninggal dunia saat melahirkan Freya. Sejak hari itu, Freya tak pernah mengenal Ayah maupun Ibu. Di tengah kehidupan yang terasa "biasa" setelah kepergian Ibu, tragedi tak berhenti mengetuk pintu. Tepat di ulang tahun pertamanya, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Eli dan Christy, Freya didiagnosis menderita penyakit serius. Tantangan hidup terberatnya baru dimulai. Penyakit Freya bukan hanya parah, tetapi juga membutuhkan pendonor organ jika telah mencapai stadium akhir. Mereka adalah sembilan jiwa yang terpaksa dewasa sebelum waktunya, belajar mengurus diri, dan saling menjaga di tengah badai kehidupan yang tak pernah reda.