Di sebuah desa kecil yang diselimuti embun pagi, hidup seorang gadis bernama Riha, anak pertama dari keluarga sederhana. Sejak kecil, ia sudah belajar tentang arti perjuangan-menahan rindu saat ibunya bekerja di pabrik, membantu kakek-nenek yang mulai renta, hingga belajar mandiri ketika ayahnya jarang pulang karena mencari nafkah jauh dari rumah. Ketika ibunya jatuh sakit dan keadaan ekonomi keluarga makin sulit, Riha dihadapkan pada pilihan: melanjutkan sekolah atau berhenti demi membantu keluarganya. Namun kasih sayang dan pesan ibunya membuatnya tetap melangkah. Dengan seragam sederhana, tas di punggung, dan adik kecil di genggaman tangan, Riha berjalan menembus fajar, membawa harapan di setiap langkahnya. Sebuah kisah tentang keteguhan hati, kasih keluarga, dan perjuangan seorang anak perempuan yang kecil tapi berhati besar.

Cerita ini asli dari imajinasi sendiri maaf apabila ada kesamaan nama tokoh atau sebagainya. Kenangan dalam Sujud Sebuah kisah tentang cinta, kehilangan, dan ketabahan. Abidah tak pernah menyangka bahwa takdir akan memisahkannya secepat ini dari sosok yang ia cintai sepenuh hati-suaminya. Hidup di perantauan, jauh dari kampung halaman, Abidah harus menjalani hari-hari sendiri bersama anak semata wayangnya. Suaminya pergi, meninggalkan ruang kosong yang tak bisa diisi siapa pun. Dalam sepi, Abidah bersujud. Dalam sujudnya, ia menitipkan rindu. Dalam doanya, ia menguatkan hati. Ia tahu, tak ada kehilangan yang benar-benar hilang selama masih ada cinta yang dipanjatkan kepada Allah. "Kenangan dalam Sujud" adalah cerita tentang bagaimana seorang perempuan biasa menjadi luar biasa karena cinta, sabar, dan keikhlasan. Tentang air mata yang berubah menjadi cahaya. Tentang kehilangan yang justru mendekatkan pada Sang Pemilik Kehidupan.

NOTE: Kisah ini diambil dari kisah nyata yang berasal dari Pulau Jawa. Mala dilahirkan dalam keluarga yang telah kehilangan dua anak sebelumnya. Demi melindunginya, orang tuanya menggantung ari-arinya di awang-awang rumah, mengikuti petuah dukun bayi. Tapi sejak saat itu, hidup Mala tak pernah benar-benar tenang. Kakak lelakinya yang telah tiada, dipercaya masuk kembali lewat ari-ari tersebut. Bertahun-tahun kemudian, setelah Mala menikah, kehidupan yang semula tenang berubah jadi neraka. Santet demi santet menghantam hidupnya-dari iri hati saudara sendiri, dendam tetangga, hingga kutukan tanah tempat tinggalnya. Sakit yang tak kunjung sembuh, utang yang terus menumpuk, dan dorongan foya-foya tanpa sadar. Semua itu menghancurkan hidup dan mental Mala selama 14 tahun. Saat semua pengobatan gagal, harapan terakhir muncul saat suaminya mempelajari ilmu lama dari seorang kiyai. Mata batin terbuka, dan rahasia mengerikan terungkap: santet tanam itu berasal dari gabungan tujuh air pantai yang dikubur diam-diam di bawah rumah mereka.

Hidup tak selalu berjalan di jalan yang kita pilih. Ita melangkah di antara cinta, kehilangan, dan perjuangan hidup yang tak pernah mudah. Ketika segalanya runtuh, hanya doa dan keikhlasan yang menjadi pelita. Karena terkadang, "Salah Jalan" justru menuntun kita menemukan arah pulang yang sesungguhnya.

"Tak ada sepatah katapun yang bisa diucapkan tak ada angan-angan pun yang bisa disampaikan sejujurnya hati dan pikiran sudah tidak kuat, namun apa daya semua ini suratan dari Tuhan."

Cuma draft, tapi pernah bikin deg-degan. Cinta SMA yang nggak pernah sampai, cuma jadi draft selamanya.

"Tangan yang selalu memberi tak akan pernah kosong. Dalam hidup, kebaikan yang kita lakukan akan selalu menemukan jalannya untuk kembali, kadang dalam bentuk yang tak terduga. Ini adalah kisah tentang ketulusan, perjuangan, dan bagaimana takdir mempertemukan orang-orang yang memiliki hati yang lapang. Karena pada akhirnya, sekecil apa pun kebaikan, ia akan tumbuh menjadi keberkahan."