Yeonjun tidak pernah menyadari sejak kapan ia mulai merasa diikuti. Langkah-langkah yang berhenti saat ia berhenti. Tatapan yang tidak pernah ia temukan sumbernya. Dan pesan tanpa nama yang selalu datang saat malam mulai turun. Ia tidak tahu siapa yang mengawasinya. Ia tidak tahu dari mana sosok itu melihat. Yang Yeonjun tahu hanyalah satu hal: Seseorang selalu ada di sana. Seseorang yang tidak pernah terlihat. Seseorang yang tidak pernah pergi. Dan semakin ia takut... Seseorang itu semakin mendekat.

Ketika dunia dilanda wabah yang mengubah manusia menjadi makhluk haus darah, satu-satunya hal yang tersisa hanyalah bertahan hidup. Soobin, seorang pemuda pendiam dengan strategi tajam, memilih kesendirian demi keselamatan. Yeonjun, satu-satunya yang selamat dari kelompoknya, tidak punya arah dan tidak punya siapa pun. Dalam reruntuhan kota yang dipenuhi jeritan dan kehancuran, mereka bertemu-bukan sebagai teman, melainkan sebagai dua orang asing yang harus memutuskan: bertahan bersama... atau mati sendirian.

Study tour seharusnya menjadi liburan sekolah yang biasa saja. Namun bagi Choi Yeonjun, semuanya berubah ketika ia tersesat sendirian di tengah hutan gelap-ditinggalkan oleh teman-temannya tanpa sadar. Hutan itu aneh: jalurnya berubah, anginnya terasa hidup, dan setiap langkah seolah diawasi. Dalam ketakutan dan kebingungan, Yeonjun justru bertemu seseorang yang tak pernah ia bayangkan. Soobin-pangeran vampire yang tinggal di kastel tersembunyi, dingin, arogan, dan sama sekali tidak ramah pada manusia. Pertemuan yang seharusnya hanya kebetulan berubah menjadi awal dari keterikatan yang tidak bisa dijelaskan. Di hutan yang penuh rahasia, antara cahaya bulan dan bayang-bayang gelap, Yeonjun mulai menyadari bahwa dirinya telah menginjak wilayah yang tidak boleh disentuh manusia- dan satu-satunya yang bisa menolongnya... adalah makhluk yang paling berbahaya di sana.