chocoriesevan
Di suatu Sekolah Menengah Atas, bel sekolah berbunyi seperti biasa. Namun, kali ini dua kali. Lalu sunyi.
Tidak ada yang benar-benar mati, beberapa hanya berhenti bicara, beberapa memilih untuk diam... sampai seseorang memaksa mereka mengingat.
Lima siswa.
Satu perjanjian yang dilupakan.
Dan satu malam di ruang musik yang tidak pernah mereka akui terjadi.
Sejak malam itu, sesuatu mulai bergerak - bukan di lorong, bukan di kelas, melainkan di kepala mereka. Pesan-pesan tanpa nama muncul. Asrama putra menjadi saksi bisu. Dan kematian datang tanpa wajah, tanpa penjelasan, seolah sekolah itu sendiri yang memutuskan siapa yang pantas pulang.
Ketika pesan misterius mulai muncul-semuanya menuduh, semuanya menyangkal, dan perlahan batas antara pelaku, korban, dan saksi lenyap. Mereka melihat hal yang sama, tapi mengingatnya dengan cara berbeda.
Seseorang mati, disusul yang lainnya - atau setidaknya, itulah yang semua orang percaya
Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi. Yang tersisa hanya rekaman kabur, bisikan tengah malam, dan perasaan diawasi oleh sesuatu yang tidak pernah menampakkan diri. Lima remaja terjebak dalam lingkaran yang sama: kenangan buruk, rasa bersalah, dan masa lalu yang menolak untuk dikubur.
Sean mulai melihat dirinya sebagai sesuatu yang lain - bukan korban, bukan saksi, mungkin bukan juga manusia sepenuhnya. Setiap tatapan terasa seperti tuduhan. Setiap keheningan terdengar seperti panggilan. Sementara bel sekolah terus bergema di kepalanya, meski tidak ada jam yang berdetak.
Apa ini kutukan?
Apakah arwah yang menuntut balas?
Atau hanya pikiran manusia yang terlalu lama tinggal di kegelapan?
𝗧𝗵𝗲 𝗕𝗲𝗹𝗹 𝗡𝗲𝘃𝗲𝗿 𝗥𝗶𝗻𝗴𝘀 𝗧𝘄𝗶𝗰𝗲 adalah novel horor psikologis tentang kematian yang tidak pernah benar-benar selesai, tentang sekolah yang menyimpan rahasia, dan tentang bagaimana rasa bersalah bisa menjelma menjadi sesuatu yang terlihat seperti hantu.
Karena terkadang, yang menghantu