Aku yang selalu menunggu mu Aku yang Selalu memikirkan mu Selalu membayangkan dirimu disini Tapi... Pernahkah diri ini terlintas di pikiranmu ?

"Peraturan yang ku buat harus di sepakati oleh kedua belah pihak. Jika terjadi sesuatu, maka aku tidak akan menanggung resikonya karena kau dan aku telah terikat perjanjian dan aturan-aturan yang sengaja ku buat sejak awal." Begitulah kalimat penutup dari perjanjian yang dibuat oleh Malik. Bisa kah Malik menemukan sahabat yang ia dambakkan? Adakah seseorang yang mampu menghadapi aturan-aturan Malik?

Disaat aku harus memilih diantara kamu si lelaki dingin, atau dia sang penakluk hati. --- Cover by @vanilla-twilights

in which a boy has only a month to convince a suicidal girl that she, in fact, matters. ++++++++++ ▪ book one of a trilogy. ▪ highest ranking #3 in cl, #4 in ss and #189 in tf. ▪ all rights reserved. 2016 by teddy.

Bukan karena kita menginginkan sesuatu, maka kita harus melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Cukup dengan mengikuti alurnya dan semuanya akan terjawab. Namun, tentunya alur akan membawa sebuah cerita kepada akhir bukan? Bagaimana jika keinginan lama itu datang lagi? Bukankah itu yang diinginkan keduanya? Akankah kesempatan lama yang dulu diinginkan itu, membawa indahnya akhir cerita? Atau sebaliknya? Mungkin, Hanya Thaya dan Tama yang tahu. [Check out the trailer] Copyright © 2016 by Bia #12 - Short Story / 27.04.16

As nostalgic as postcards, as vivid as polaroids.

[1/1] Sani dan Nisa mendengus tak suka. "Namanya pendapat, beda-beda tiap orang. Indonesia itu negara demokrasi, jadi semua orang bebas mengeluarkan penda-pat." Suara Abel semakin mengecil di akhir kalimat. Ia kaget, ada Miko di hadapannya. Nisa ingin tertawa melihat ekspresi Abel. Ia terbatuk untuk menyembunyikan tawanya. "Eh, Miko. Sini-sini duduk!" Sani menarik mundur kursi di sebelahnya. Miko duduk di sebelah Sani. Ia menepuk pundak Sani, lalu tersenyum kecil pada Nisa. "Bel, balik sekolah ada acara?" Cover by : @dirtybandit Copyright © Februari 2016 by Namicoos_

"Bakso ya?" "Nggak." "Seafood?" "Males." "Nasi goreng?" "Gak suka." Sena memutar bota matanya, untuk pertama kalinya merasa bosan dan jengkel pada Azka. "Terus lo maunya apa?!" "Elo." [cover by Nnrlxs]

Namanya Awan. Berkulit sawo mentah khas masyarakat Asia. Dengan mata abu-abunya. Dia Awan, dengan segala tatapannya yang mampu membuat siapa saja terpaku. Oh ya, jangan lupakan perempuan dengan senyumannya. Namanya Daun, berkulit putih bak masyarakat Eropa dengan mata hijaunya. Dia Daun, dengan segala keramahannya yang mampu membuat siapa saja terpikat. Copyright ⓒ March 2016 nahdya ns. 230316

Hanya sebuah pertemuan singkat, yang membuatnya percaya padaku. Copyright ⓒ April 2016 nahdya ns. 110416