Demi Bright, dia rela meninggalkan rumah istananya dan segala kemewahan di dalamnya. Demi Bright, dia belajar mencuci baju, mencuci piring dan memasak mie instan. Segala keputusan besar sudah diambilnya, demi Bright. Jadi mengangkat koper bukan masalah besar baginya. Dia terengah-engah di lantai dua. Beberapa mahasiswa berpapasan dengannya tapi hanya melihatnya sepintas, tidak ada yang membantunya. Win kesal. Bagaimana dia bisa bersosialisasi dengan normal kalau teman-temannya cuek seperti itu? Di lantai empat, Win benar-benar kehabisan tenaga. Rasanya seperti mengangkat barbel puluhan kilo. Tapi ini lebih parah karena harus menaiki tangga. Sempat terbersit sedikit penyesalan di benaknya. Seharusnya dia tinggal di apartemen keluarga yang memiliki fasilitas lift, gym, dan laundry sehingga dia tidak perlu susah payah seperti ini. Tapi sekali lagi, ini semua demi Bright, gebetannya. Dia tidak boleh menyerah.

"they told us that we needed therapy, as if medication and tainted words could fix broken toys."