Seperti pelangi, hadirmu yang kian tak menentu. Disini aku mulai berpikir, apakah kita saling menunggu, atau hanya aku yang mati-matian menunggumu? [ ONE SHOOT ] -091218

[ONE SHOOT] "Chan, lo harus janji di pemakaman gue nanti lo harus tersenyum ya?" ucap Xavi kala itu. "Lo ngomong apaansih?" "Gue serius Chan," "Emang kapan lo mati?" "Anjir, lo doain gue mati cepet, hah?" "Ya abis lo ngomong mati-matian sih." "Ya antisipasi aja, takutnya gue gak ada kesempatan untuk ngomong sama lo." • Untuk para pembaca ku, cerita ini adalah cerita sederhana tentang arti kehilangan. Jadi sebelum membacanya kuharap kalian sudah menyiapkan minimal satu lembar tisu. Terimakasih. -300918

Dikejar deadline membuat langkah Zie terburu-buru, hingga ia tidak memperhatikan sekitar yang dapat merubah hidupnya dalam hitungan detik. "Aku serius mengatakannya, aku akan menggantikan itu dengan yang baru." ucapnya. "Kamu tahu betapa berartinya Arloji ini untukku?" bentaknya telak. Zie langsung terdiam. Detik berikutnya, hidup Zie benar-benar berubah. -190818

Semuanya berawal dari keretakan hubungan orang tua Netha, kepindahan sekolahnya sampai kejadian itu terjadi. Kini, setelah semua yang terjadi, mampukah Nathan mengembalikan kepercayaan diri Netha? Atau semuanya hanya menjadi abu-abu? "Apapun keadaannya, gue akan terus disini, mencintai lo, Neth." katanya. "Lo gak pantes ada di deket dia lagi!" ucap yang lain. -181117

Fadia hari ini, Fadia hari sebelumnya benar-benar tidak ada bedanya. Dibilang pendiem enggak, dibilang periang juga enggak. Tapi kalo Fadia udah ketemu Bumi, bagaimana jadinya? -280518

"Aku tidak baru pertama kali bertemu kamu, Jiwa. Saya tau kamu kakak kelas saya. Saya tau kamu selalu kesini akhir-akhir ini. Saya tahu itu. Tapi saya hanya diam dan memperhatikanmu. Apakah saya sudah berada di langit? Karena saya akhirnya bisa melampaui kelemahan saya sendiri. Apakah saya sudah berada di langit, Jiwa? Karena rasanya sangat indah." Tanpa Jiwa sadari, senyumnya mengembang selebar itu. -020618