Untuk satu detik pertama, Levina merasakan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya, lalu detik selanjutnya ia melepaskan tangan Calum yang menggenggam tangannya. "Nggak, Calum, you really need to stop," jawabnya setelah berhasil terlepas dari tangan Calum tanpa balik menatap cowok itu. "Why do I have to stop, Lev? Kenapa?" tanya Calum pada Levina nadanya hampir seperti orang yang nyaris putus asa. Levina O'leary merasa kalau Calum Hood bahkan terlalu abu-abu untuk dipahami. Levina menganggap semua perlakuan maupun omongan Calum adalah candaan. Meskipun Levina menyukai Calum, teman kelasnya sendiri, nyatanya perasaan tulus itu tidak cukup. Calum bahkan terlalu egois dan rumit untuk dipahami. © 2016 by celiberty

Demi mobil sedan bututku yang hobi sekali mogok. Aku bersumpah aku ingin sekali mencari benda apapun untuk mencolok mata dan telingaku. Aku yakin, bahkan sangat yakin. Mataku salah melihat dan telingaku salah mendengar. Di hadapanku, di atas ranjang berseprei biru, sosok yang aku sangat kenal meringkuk membentuk posisi yang aneh, posisi bertahan. Dengan tubuh menghadap ke arahku, ke dua lututnya tertekuk hingga ke perut, dan ke dua tangannya terangkat di depan wajahnya. Ia hanya mengenakan celana training abu-abu yang menutupi seluruh kakinya, tanpa baju yang menutupi tubuh bagian atasnya yang dipenuhi tato. Di hadapanku meringkuk sosok Louis Tomlinson. Dan ia memanggilku, SAYANG?!!! -Helena Collins- _________________________________________ Cover by @graceangelaa

"The sunset is beautiful, isn't?" *** Copyright © by Annisa Nanda

"Kau tahu, Bri? Aku sangat rela jika Zayn Malik meniduriku walaupun hanya sekali." "Hati-hati dengan ucapanmu, Maia." Ranking #7 in Fanfiction (15 Juni 2015)

Aku memang baru mengenalmu, tapi aku merasa berbeda kalau berada di sisimu. Padahal kau tak pernah merespon perkataanku. Bahkan aku tak pernah mengenal namamu. Aku hanya tau, kau selalu menuliskan sebuah kata berukuran kecil di pojok bawah sebelah kanan kanvas mu. Yaitu, Hood.