Ketika masa depanmu jadi kabut pekat, akankah kamu tetap menutup mata atau mencari cahaya?

Orang yang ada di kepalaku itu orang yang jahat. Ia menghantuiku, memenuhi akalku, mengacaukan logikaku, dan memicu kupu-kupu terbang dalam diriku. Dia memacu debaran jantungku, aliran darah, juga perasaan yang ada. Dia membuatku merasakan kasih sayang, persahabatan, dan kepercayaan dalam waktu yang bersamaan. Keinara Diandra. Kei. Dengan kisahku ini, aku harap kalian mengerti. Inilah sebuah cacatan rahasia. Antara aku dan hidupku.

Warning! Jangan berfikir aneh di dekatku jika kamu mau menjaga rahasia! Jangan menambahkan cerita ini ke library-mu. Kamu akan menyesal. Aku tahu. Jangan membaca cerita ini sampai habis. Kamu akan menyesal. Aku tahu. Jangan berfikir ini cerita yang menarik. Kamu akan menyesal. Aku tahu. Jangan melakukan apa yang aku larang di atas. Kamu akan menyesal. Lagi, aku tahu. Salam hangat, Pika

" Hari ini ada pemakaman. Mengapa kau tak berpakaian hitam?"

" Tentang kata yang tak terungkap. Tentang rasa yang tak terjabar. Berisi beban yang mati-matian aku pendam. Aku ingin berteriak. Aku berteriak" *** Kau baik-baik saja bukan? Juga, kekasihmu, kalian baik saja bukan? Ini aku, kalau kau sudah lupa. Maaf karena aku mengatakannya lewat sini. Aku tak mungkin bisa berbicara langsung padamu. Dan kau juga tak mungkin mau bertatap muka denganku. Kau tahu, aku masih mengikuti aliran sungai. Terlalu sulit bagiku untuk sekadar berenang melawan arus. Jangan mengira kalau aku hanya diam tak berusaha. Aku sudah berusaha. Sungguh. Tetapi gagal. Jangan kau cemas karena ku. Aku masih punya muka. Aku tak mungkin datang padanya dan memintamu darinya. Aku tak mungkin membuat kalian memotong benang yang terjalin kuat. Aku tahu, kasih tak selemah itu.

[ON EDITING] "Derra, ayo kita pergi!" ajakan Erika hanya ku jawab dengan gelengan pelan. Tidak, terima kasih. Erika menghembuskan nafasnya. Lelah membujukku yang masih belum ingin beranjak. Aku tahu. Semakin aku berdiri di sini, maka makin dalam pula sembilu ini tertancap. Aku terus memperhatikan mereka. Dengan senyuman indah yang terlukis di masing-masing wajahnya, mereka menatap satu sama lain dengan penuh kasih. Cukup. Putusku. Ini sudah cukup. Perlahan, aku menuju ke arah mereka. *** Add to your library! Thanks :)