Keras kepala. Arogan. Ambisius. Terkadang bersikap masa bodoh dan tak pernah pandang bulu demi mendapatkan apapun yang menjadi keinginannya. Mungkin itulah beberapa gambaran yang dimiliki seorang Alvinandra Pratama saat ini. Selama hidupnya, tidak pernah sekalipun ia bersikap seperti itu. Hanya saja semenjak Ibu tercintanya meninggal, entah kenapa sikapnya berubah begitu saja. Rasanya separuh hidup Alvin yang bahagia itu hilang tak bersisa bersama perginya sang Ibu. Namun hal tersebut kembali berubah saat ia tanpa sengaja, dengan kejadian yang tak diinginkan, bertemulah dirinya dengan seorang gadis bernama Sivia. Gadis sederhana yang beruntung bisa masuk di sekolah yang Alvin huni di dalamnya. Juga gadis yang menjadi konflik dalam hidup Alvin setelah pertemuannya tersebut. Lantas, apakah Alvin bisa berubah setelah mengenal Sivia?

Ada cinta disana. Ada debar rindu tak terbaca. Ada cemburu yang begitu saru. Ada kecewa bertalu-talu. Lalu luka menyesak dada. Bagiku kau candu, aku menginginkanmu. Bolehkah? Ada rasa berbeda, mengalun tanpa suara. Cintakah? Cinta. Hal yang dikecap rasa, namun tak teraba raga. Ia datang tak bersuara. Tanpa berita, ia ada. Merasuki sukma dan pandangan mata. Sunyi, bukan berarti tak berbunyi. Hening, bukan berarti diam tak bergeming. Dengar suara kesunyian itu sejenak dan kau akan tahu sebuah rasa telah berarak.