Kegilaannya muncul ketika obsesinya untuk menjadi seorang dokter bedah kandas di tengah jalan. Dia dikeluarkan dari universitas favorit karena dianggap tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan disana. Namun hal itu tidak membuatnya berhenti mencoba. Dia masih berkeliaran di universitas, bersikap seolah-olah dia tidak pernah tersandung masalah sama sekali. Bersama pacarnya, dia sering melakukan eksperimen. Rasanya begitu menyenangkan bermain-main dengan gadis itu, sepertinya dia mendapatkan kepuasan tersendiri saat melihatnya merintih kesakitan. Entah mengapa dia sangat menyayangi gadis itu hingga tak seorang pun boleh menyentuhnya. Dan, perhatiannya mulai terpecah ketika satu gadis lain masuk dalam kehidupannya dan merampas sisa akal sehat yang dimilikinya. Kali ini, rasa sayangnya lebih besar dan lebih kuat daripada sebelumnya. Dia tidak dapat melawannya, juga tidak dapat menahannya. Akhirnya, melenyapkan gadis baru itu adalah pilihan terbaik yang diputuskan olehnya. Dia bukan tipe yang suka bersaing, dan dia bukan tipe yang tidak setia. Bukan keduanya, tapi dia adalah seorang... Psikopat.

"Sekarang kamu adalah prioritasku. Sesibuk apapun jadwalku, aku akan menyempatkan diri untuk menghubungimu." "Aku pikir, menikahimu adalah salah satu cara agar aku bisa menempatkanmu di atas segalanya, setidaknya aku punya alasan untuk mendahulukanmu daripada tes pra-musim yang melelahkan itu." "Baiklah. Tidak ada lagi keraguan. Percayalah padaku, aku akan selalu menjagamu. Aku tidak akan membiarkan masalahku untuk menghalangimu menceritakan seluruh masalahmu padaku." "Kau tahu? Aku tidak punya alasan rasional mengapa aku bisa mencintaimu, bahkan lebih daripada diriku sendiri. Yang jelas, aku mencintaimu tanpa batas, tanpa syarat dan tanpa mengharapkan kalau kau juga akan mencintaiku seperti itu."

Tak pernah terbesit dalam benak gadis itu bahwa dia akan menghabiskan waktunya di Berlin tanpa siapa-siapa. Tidak ada Estelle, kakak tertuanya yang selalu membantu membereskan pekerjaan rumah, dan Alessandra, yang tidak pernah menolak jika diminta mengerjakan tugas sekolahnya. Alicia Lauren Stoner, dipindahkan ke Jerman untuk melanjutkan kuliah sarjananya. Ayahnya sengaja memindahkannya kesana karena ingin Alicia hidup mandiri. Menyelesaikan semuanya tanpa bantuan siapa pun. Baru memasuki hari pertama kuliah, niatnya pulang kembali ke Canberra sudah terkumpul di depan matanya. Masa orientasi kampus sebenarnya tidak memberatkan mahasiswa, tapi hari pertama kuliah Alicia sudah dipusingkan dengan menggambar peta dunia dan gedung kampus. Belum lagi hal-hal lain yang harus dikerjakannya. Lalu bagaimana Alicia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya? Mampukah Alicia bertahan di Berlin hingga mendapatkan gelar sarjananya? Apakah akan ada keajaiban dalam hidupnya?

Dani Pedrosa dan Marc Marquez, keduanya sama-sama menyukai Adelaide Alessandra. Awalnya mereka bersaing secara sehat, tidak terlihat, bahkan Adel pun tidak menyadarinya. Hingga akhirnya, kecelakaan di sirkuit Valencia itu mengubah cara berpikir salah satu di antara mereka untuk mulai mengintimidasi yang lainnya. Namun sekeras apapun ia mencoba, hanya ada satu nama yang melekat di dalam hati gadis itu. Berapa banyak waktu yang telah ia luangkan, tidak mampu menghapus bayang-bayangnya dalam benak gadis itu. Dan pengorbanan yang ia berikan untuknya, sampai kapanpun tidak akan mampu mengubah perasaan gadis itu padanya. Sanggupkah mereka berjuang meyakinkan perasaannya masing-masing? Dapatkah Adel mempertahankan rasa cintanya untuk laki-laki itu? Akankah semuanya bisa berakhir seperti yang diharapkannya?