Di cerita ini, saya hanya akan menulis cerita sebagaimana adanya. Mungkin tanpa edit apapun, sensor apapun, atau koreksi apapun. Saya ingin bercerita tentang susah senang saya mengenai hidup saya yang absurd nan normal nan absurd. Entah hanya saya saja yang merasakan paradoks ini, atau pembaca pula. Maka dari itu, akan saya tuliskan saja. Ini bisa dibilang "reality show". Tentang saya yang bekerja sebagai penjaga salah satu galeri di Bandung dan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi terhadap saya, sehingga saya mulai meragukan macam hal. Mulai dari pekerjaan, kerabat, kawan, kepercayaan, hingga diri sendiri. Saya harap, dari cerita saya ini, bisa berlanjut ke suatu pencerahan yang dapat membangun umat manusia, dan memotivasi untuk membangun jati diri di detik detik deadline. Saya harap seperti itu. Selamat menikmati.

Bullying is a very serious issue that effects the lives of many. I hope that by many of us sharing our personal stories, it will not only help victims realize that they are not alone, but also help bullies realize how strongly their actions and words can effect others. If you've experienced bullying and would like to share your story in this book, here is the link to the submission form: http://goo.gl/forms/fJXipq1sD9 *Note*: If you or someone you know has feelings of depression, suicide, harassment, or self harm, please check out the resources available in your region: http://support.wattpad.com/hc/en-us/articles/200774284-Counseling-and-Prevention-Resources

"Apa lagi diorang ni? Tak habis-habis dengan masalah!" bentak Pak Karim Tempe sebaik sahaja membaca tajuk berita muka depan surat khabar semalam. "Aku cuma nak tikam nombor ekor dengan aman je sebelum aku mati" sambungnya lagi. Dan ada macam-macam lagi perihal penghuni Kampung Kertas dengan isu semasa yang tak pernah bersara.