sunflwrsf
- Reads 1,825
- Votes 179
- Parts 30
Dear, Masa Lalu
Jika diibaratkan sebagai musim, pergantian dari musim dingin ke musim semi lah saat yang cocok untuk penggambaran.
Dari sebuah kehidupan bergaris horizontal menjadi sebuah gelombang yang memiliki spektrum tinggi.
Dari sebuah kebisuan yang didasari ke apatisan hingga akhirnya menjadi kepedulian yang jika tak disuarakan pun, aku maupun kamu bisa saling memahami.
Aku akui,
Tidak ada yang bisa melakukannya, terkecuali kamu.
Sayangnya, kita sama-sama terlena dengan diam. Tak mampu melawan ruang suara yang meneriakkan berbagai bentuk pertanyaan.
Tenggelam dalam perdebatan diri yang pada akhirnya berujung menjadi sebuah asumsi. Melahirkan sosok sok tahu yang sebenarnya menjadi alat bunuh diri.
Baik aku maupun kamu berhenti pada titik yang sama. Berperan menjadi si tak apa namun menahan perih luar biasa.
Tapi, ini bukan soal menyakitkannya masa lalu. Bukan juga soal penggalian asa yang terkubur pada saat itu.
Melainkan tentang bahagianya masa-masa pertemuan itu.
Jika semesta berkenan untuk kembali mempertemukan, aku percaya bahwa pada saat itulah kita sama-sama telah mengikhlaskan hal-hal terdahulu. Ikhlas dalam artian telah menjadi bagian pendewasaan diri, yang membawa kita menjadi sosok yang lebih baik dari versi yang lalu.
Oleh karena itu,
Jika ada yang bertanya: adakah hal yang disesalkan dari masa lalu? Jawabannya tidak ada.
Karena ia bukan hanya sekedar pernah atau pun singgah.
Ia, bukan hanya sekedar masa lalu.
***