Ini bukan hanya tentang Bram dan lika-liku perjalanannya dalam mendapatkan sang pujaan hati. Bukan juga tentang Fe dan luka-luka masa lalu yang masih menghantui setiap siang dan malamnya. Juga bukan tentang Harris beserta perasaan-perasaan yang tak bisa diungkapkan oleh kata. Ini tentang cara-cara jatuh cinta dalam hal-hal sederhana, menjadi dewasa, memaafkan, dan berdamai dengan diri sendiri.

Rintik Senja April (April) Suka Jeffri, namanya, dan ujan-ujanan di motor. Kinara Bintang Rahayu (Kinar) Satu-satunya yang tahan sama kerasnya Satria, jalanan bolong depan rumah, dan seblak pedes buatan Mpok kantin Febrianne Imelda (Fe) Sering stress karena deadline, writer's block, dan Bram kalau udah dangak-dangak di atas panggung Vidia Chrisianti Budiman (Vidia) Paling pusing kalau udah ketemu statistik, jalanan macet, dan sweater pink-nya Wira Alisha Mediana (Lisha) Gemes sama Bobi, Bibo, dan Dodi.

Setengah fiksi, setengah asli. Tulisan iseng belaka.

Jana was all ready to let her 6-year boyfriend, Luke, move to another city for college. But she wasn't really prepared for whatever distance could offer to them, especially when her best friend, Calum, got in the way. © 2018, bajigur

Michael lalu mengotak-atik ponsel Luke, seperti ingin memberi tahu ku sesuatu. "The producer from a famous record corporation in our hometown," katanya sambil terus memainkan handphone Luke, membuka youtube, "he commented on our video". Michael memandangku dengan pasti dan ia terus tidak bisa menyembunyikan senyum kesenangannya. "And?"

Keira bersiap untuk memasang kembali headsetnya. "Bukan cuma lo yang boleh ngedengerin lagunya Green Day. Anyway, makasih atas hiburannya. Gak sia-sia gue dihukum sampe ke sini." Calum mematikan rokoknya dengan cepat dan mencolek bahu Keira dengan antusias. Gadis itu mencabut headset dari telinganya dengan kesal dan hampir saja mengomel kalau Calum tak segera berkata, "Buktiin kalo lo emang suka sama Green Day." Copyright 2016 by calcutepie