Teen Fiction
3 stories
Me And Ketua Rohis (√) by Rosangelynz
Rosangelynz
  • WpView
    Reads 906,113
  • WpVote
    Votes 54,321
  • WpPart
    Parts 21
Bersiaplah untuk jatuh cinta! Niat awal Airi masuk Rohis itu Cuma buat PDKT sama ketua Rohis ganteng yang gampang blushing. Apapun Airi lakukan, dari ngehapal Asmaul Husna sampai surah Al Bayyinah. Dari cara yang bener sampai cara sangklek usulan partner in crime-nya, Naura. Cewek sableng tapi baik yang punya otak mesum parah. Airi emang mesti kerja super keras. Selain Gladis, wakil ketua OSIS yang glamour abis. Ada Adiba, cewek cantik bin alim yang lemah lembut. Saingan Airi berat! Airi mah apa? Cuma secuil kerikil yang terlupakan dihamparan batu akik seharga ratusan juta. copyright 2015-2016 by Rosangelynz
DEAR NATHAN by Eriscafebriani
Eriscafebriani
  • WpView
    Reads 33,959,780
  • WpVote
    Votes 871,768
  • WpPart
    Parts 44
(Telah Terbit dan Difilmkan) Berawal dari keterlambatan mengikuti upacara pertama di sekolah baru, Salma Alvira bertemu dengan seorang cowok yang membantunya menyelusup lewat gerbang samping. Selidik punya selidik, cowok itu ternyata bernama asli Nathan; murid nakal yang sering jadi bahan gosip teman-teman terdekatnya. Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi yang justru mengantarkan Salma untuk menjadi kian lebih dekat dengan Nathan. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang, seperti langit dan bumi; yang tidak bisa bersatu tapi saling melengkapi. Novel ini mengisahkan tentang masa indah putih abu-abu, persahabatan, pelajaran kehidupan dan pentingnya untuk selalu menghargai perasaan.
Revan & Reina by bellawrites
bellawrites
  • WpView
    Reads 8,954,098
  • WpVote
    Votes 168,792
  • WpPart
    Parts 16
[TELAH DITERBITKAN & DIFILMKAN] Pandangan Reina dan Revan beradu. Dan, hal pertama yang mampu gadis itu lakukan adalah memejamkan kedua matanya sambil menghirup udara sebanyak mungkin. Sementara ia menyusun kata demi kata untuk mengurai penjelasan, justru Revanlah yang pertama kali membuka mulut. Memecah keheningan yang janggal. Meski begitu, ekspresi Revan terlihat muram. "Gue ngerti kok, Na. Tanpa lo jelasin pun, gue bisa mengerti," Revan melempar pandangannya ke arah lain. "Karena itu satu-satunya hal yang mesti gue lakukan ketika dia kembali." Reina masih terdiam. Perasaannya teraduk-aduk. *** Sebab Revan percaya, hati yang terluka hanya perlu waktu untuk sembuh. Namun, bukankah rasa kerap berjalan beriringan dengan anomali? Kini, kebahagiaan pun masih bertumpu pada ketidakpastian.